BELAJAR TENTANG CARA MENYAMPAIKAN KHOTBAH

BELAJAR TENTANG CARA MENYAMPAIKAN KHOTBAH

[Bahan Materi Untuk Disampaikan Dalam Diskusi Ibadah Kijipe Asrama Teologi Kampung Harapan]


By Hengki Wamuni

INTRODUKSI

Kita disini tidak belajar tentang khotbah secara teoritis tetapi secara praktis dengan mengikuti kebutuhan dan apa yang bisa kita mengerti dengan mudah.

Dari defisininya khotbah itu mengkomunikasikan Firman Tuhan kepada jemaat Allah. Disini yang membedakan dengan ceramah, khotbah itu tidak hanya mengantalkan kemampuan pengetahuan tetapi lebih bergantung kepada kekuatan ekstra manusia. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi sebagai sarana pelengkap, tetapi satu hal yang pasti adalah seorang harus melibatkan penyertaan oknum Roh Allah, Dia yang akan memberikan kemampuan memaknai kebenaran-kebenaran yang terselubung kepada hamba-hamba-Nya untuk dapat disampaikan. Kekuatan ekstra manusia itu adalah Roh Kudus, yang mana sumber pencerahan kebenaran-kebenaran yang tidak bisa dapat dikerjakan oleh rasionalitas manusia. Yang dimaksudkan Ilham Roh Kudus itu kekuatan yang bersumber dari Allah yang memberikan pencerahan lebih dalam mengenai hukum, perintah dan tujuan-Nya melalui akal budi kita. Sehingga kabar keselamatan yang hendak wartakan itu orang yang mendengarnya biarkan Roh Allah sendiri memberikan pencerahan. Kita ini hanya menjadi alat yang aktif bukan pasif.

Saya bermakud dengan mengatakan kita sebagai wahana yang aktif adalah sebagai mahasiswa yang sedang menekuni pendidikan teologi wajib untuk mengeksplorasi dan mengali kebenaran Firman Tuhan setiap hari. Tidak memperoleh pengetahuan teologis yang baik jika kelaukan kita bersifat pasif pada belajar. Karena Roh Kudus akan menuntun kepada pemahaman kebenaran absolut melalui daya usaha kita, salah satunya tekun di dalam belajar. Sulit juga di era yang transformasi digital dan daya intelektual yang lebih maju kalau kita pemalas belajar. Sekalipun langkah ini menjadi tuntutan dewasa ini yang menandai serbai maju dari cara berfikir dan tindakan  yang diredupsi oleh transformasi digitalisasi, kita menyadari bahwa kebenaran yang kita dapat bukan berasal dari capaian melalui sebuah proses yang kita lalui. Tetapi dalam semua proses tersebut harus melibatkan Tuhan. Karena yang dinuntut Allah adalah kebergantungan dan ketaatan mutlak. Begitu juga dengan dalam proses mempersiapkan khotbah terlebih dahulu doa dengan mohon pencerahan dari Roh Kudus. Sistematika persiapan dan bahasa gunakan akan dipakai oleh Allah sehingga hasilnya pendengar sendiri yang merasakan, bagaimana mereka mengerti dengan baik atau tidak. Itu kembali sikap dan konsisten kita persiapan dan kebergantungan kepada Allah. Satu hal yang sangat krusial dari itu adalah karakter, sikap, dan tingkah laku kita menunjukkan sebagai seorang hamba Allah yang sudah memastikan keselamatan secara individu, karena apa yang akan disampaikan dari apa yang sudah kita sendiri percaya.

Dengan demikian, tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa saya belum siap ketika dapat giliran khotbah tiba-tiba tanpa dipersiapkan khotbah sebelum jauh hari. Karena mengali, mempelajari dan menekuni kebenaran itu setiap hari dan setiap saat sebagai hamba Allah yang baik yang ingin dipakai oleh Allah secara ajaib. Hal ini karena saya merasa bahwa kita ini diutus untuk mengalih kebenaran Allah yang tersembunyi sepanjang waktu. Pada tahap ini proses persiapan Firman Tuhan bukanlah waktunya pada saat kita dapat giliran. Setiap waktu adalah kesempatan supaya kita mempersiapkan diri. Proses persiapan dan kebergantungan kepada Tuhan adalah seumur hidup. Khotbah itu hanyalah momentum kalau kita dapat bagian.

POKOK PEMBAHASAN

Sesuai dengan kebutuhan memahami tips untuk berkhotbah, disederhanakan dalam pembahasan ini terbatas pada lebih kogritnya terdiri dari persiapan dan penyampaian suatu perenungan khotbah.

Saya akan menjelaskan khotbah dengan dibagikan dua hal, yaitu tahap persiapan dan momentum menyampaikan Firman Tuhan.

1.   Tahap Persiapan

Tahap persiapan ini harus dilalui dengan beberapa langkah penting;

a.   Berdoa

Tahap persiapan ini harus dilalui dengan berdoa. Berdoa menjadi kunci dalam persiapan. Bukan saja berdoa minta tuntunan dalam proses persiapan, akan tetapi juga pasrah dan penyerahan diri sepenuhnya agar dalam kelemahan tangkap kebenaran Allah yang mutlak, kekurangan ide dan pengetahuan memahami pikiran, jalan dan tujuan Tuhan biar dikerjakan kuasa Roh Kudus memberikan pencerahan tentang berkat motivasi, dorongan dan kebajikan dalam perkataan. Sehinga firman yang ingin kita salurkan tidak hanya memenuhi unsur sedap didengar dan sistematika susunan, akan tetapi pesan-pesannya membuat kesan para pendengar menyesuaikan dengan kebutuhan dan pergumulan hidup.

b.   Mengerti Kebutuhan Pendengar

Tahap persiapan ini pertama harus mengerti tingkat kebutuhan para pendengar. Apakah kepada siapa kita akan menyampaikan Firman; baik sekolah minggu, pemuda/i, ibadah kelompok, kunjungan asrama-asrama, tingkat organisasi dan Jemaat atau seperti kita punya ibadah kijipe. Yang terpenting disini adalah bahasa yang kita pakai itu bisa mudah dicernah dan dapat mengerti oleh audien (pendengar). Kita menyiapkan kotbah untuk sekolah minggu itu bahasa dan teknik ekspresinya berbeda dibandingkan dengan tingkat pemuda/i. Begitu juga dengan ibadah kelompok itu ada lapisan remaja sampai dewasa. Bedah lagi tingkat asrama dan organisasi. Memahami kebutuhan para pendengar itu sangat penting, supaya persiapan perenungan itu menyesuaikan tingkat pemahaman dan kebutuhan pergumulan hidupnya.

c.   Persiapan Jauh Hari

Ketika kita dapat giliran khotbah persiapan harus jauh hari. Kondisikan atau isolasikan diri (menyendiri), doa mintah petunjuk  dan penyertaan Roh Kudus dalam persiapan. Tidak boleh mempersiapkan dengan buru-buru. Berulang-ulang berlatih sendiri.

d.   Percaya Diri

Maksud saya percaya diri ini berhubungan dengan penghilangan rasa cemas, ragu dan malu. Karena kita sudah berdoa dan mohon bimbingan, kita percaya apa yang akan kita sampaikan adalah Firman Tuhan atas pencerahan dan bimbingan Roh Kudus.

Perlu mempersiapkan beberapa alat bantu dalam persiapan renungan;

ü  Alkitab

ü  Buku-buku (Tafsiran dan buku Teologi, kamus)

ü  Heanphone untuk mencari makna dan tafsiran dari sumber lain

ü  Buku catatan dan pulpen

Langkah-langkah mengulas Firman dengan memperhatikan beberapa langkah berikut;  

  • Memahami konteks dalam keadaan mana Firman itu diberitakan. 
  • Memahami maksud firman itu telah dinyatakan.
  • Mengerti konteks kekinian
  • Harus penekanan sesuai kehidupan sehari-hari

 

2.   Tahap Penyampaian

Pada sesi ini akan menjelaskan bagaimana kita mempersiapkan khotbah; baik pemilihan teks kitab suci sampai pada sistematik menyusun khotbah dan saat menyampaikan Firman Tuhan.

a.   Pemilihan Teks Kitab Suci

Setelah melewati tahapan persiapan di atas, setelah bahan teks khotbah dapat dipilih, alur narasi atau cerita Firman Tuhan pada pembahasan tidak hanya berfokus pada pokok dari teks pembacaan. Akan tetapi, sebelumnya harus baca keseluruhan dibawah satu tema. Setelah baca keseluruhan suatu judul, diantaranya pilih salah satu ayat sebagai pokok renungan. Tentu saja ada tujuan dan maksud bila mana memilih suatu teks itu merasa penting di antara teks-teks sebelum dan sesudahnya. Biasanya banyak orang lakukan petik bagian teks tertentu karena mempunyai kesimpulan terdapat pada ayat tersebut. Akan tetapi, lainnya memiliki berdasarkan relevansinya dengan momentum, konteks yang berlangsung atau kebutuhan para pendengarnya dalam suatu momentum tersebut.

Tujuan saya bilang harus baca habiskan di bawah pokok hitam semua itu, karena teks yang kita pilih pokok renungan itu tidak terlepas alur cerita dari teks sebelum dan sesudah. Dengan kata lain mempunyai satu narasi yang lengkap. Dengan membaca semua, kita akan mengerti gagasan inti dari Firman yang telah bahas para penulis Alkitab dan tujuan dibalik Firman itu hendak disampaikan kepada penerima pemula.

b.   Mengerti Konteks dan Inti Pesan

Setelah mengerti gagasan dan konteks dalam mana pesan Firman itu telah dinyatakan, kita akan mudah memahami kepada siapa Firman itu hendak ditunjukkan, dalam peristiwa apa dan pesan apa yang ingin disampaikan. Hal yang menurut saya penting adalah mengerti dalam situasi mana firman itu disampaikan, apa yang harapkan dari Firman ini dan siapa orang-orang yang menerima pesan itu. Disini ada membandingkan dalam konteks Alkitab dan kondisi kita dalam kehidupan sehari-hari.

c.   Sistematika Susunan Khotbah

Para ilmuwan telah membagikan jenis khotbah menjadi tiga bagian besar, yaitu tekstual, topikal dan ekspositori. Yang membedakan adalah teknik menjelaskan Firman dengan metode tertentu akan tetapi bentuk susunannya sama. Langkah-langkah menyusun khotbah tiga jenis khotbah sama, yaitu pertama pendahuluan, isi dan simpulan.

Kurang lebih secara ringkas tiga jenis khotbah mencakup:

1)   Topikal adalah menerangkan Firman berkisar/dibawah satu tema. Lalu menguraikan di bawah tema tersebut.

2)   Tekstual adalah khotbah yang petik beberapa teks dari kitab yang sama atau berbeda yang memiliki hubungan. Menghotbahkan setelah petik beberapa ayat dari sumber teks yang banyak yang memiliki hubungan untuk menjelaskan suatu pesan Firman kepada pendengar.

3)   Ekspostori adalah khotbah yang lebih panjang. Karena, menerangkan ayat demi ayat menguraikan pokok kalimat, mengalih konteks sejarah yang menghubungan teks sebelum dan sesudah juga ada muatan unsur ilustrasi, logika dan argumentasi yang mengikatkan penerapan.

Tetapi lebih penting disini adalah kita mengerti bentuk susunan dan cara menerangkan makna kebenaran Firman Tuhan kepada pendengar dengan cara yang mudah tangkap dan mengerti oleh pendengar.

Berikut ini adalah langkah-langkah susun perenungan;

1)   Pendahuluan adalah menjelaskan secara umum pokok Firman yang ingin kita menyampaikan. Gambaran umum pembukaan renungan ini ada macam-macam. Ada yang buka dengan memaknai arti judul. Yang lainnya mengawali inti pesan dari khotbah. Ada pun juga memberikan tinjauan umum dari makna yang hendak disampaikan dalam khotbah.

2)   Isi atau disebut juga dengan pembahasan adalah menguraikan makna Firman setelah membagikan beberapa bagian atau tanpa membagikan beberapa bagian.

3)   Penutup adalah pesan terakhir atau kesimpulan dari rangkaian susunan mengakhir khotbahnya.

Supaya lebih mudah dalam pembahasan itu pertama menentukan tema terlebih dahulu. Cara mengambil tema itu ada dua hal; (1) pilih judul sesuai dengan gagasan utama dari sebuah teks kitab suci, dan (2) pilih tema setelah mengabungan antara makna Firman dengan kebutuhan dalam keadaan para pendengar. Tujuannya supaya ingin mengartikulasikan makna kebenaran membawah ke dalam situasi pendengar. Hal ini harus memperhatikan kondisi yang ada saat itu, supaya pendengar tidak menangkapi sesuatu yang asing atau pengalaman baru yang tidak relevan dalam kondisinya.

Perlu diperhatikan agar Firman tidak bermonoton (berulang-ulang) kata dan penjelasan. Untuk menghindari permasalahan ini wajib bikin catatan susunan khotbah. Menyampaikan Firman sambil memperhatikan catatatan.

KONKLUSI

Sebagai hamba Tuhan memastikan keselamatan pribadinya di dalam Kristus. Percaya bahwa mengaku dirinya orang berdosa namun telah ditebus oleh Kristus menjadi anak-anak-Nya (1 Yoh 1:9). Percaya pada pelayanan, penderitaan, penyaliban, kematian dan kebangkitan serta kenaikan Kristus untuk menyediakan tempat bagi kita oleh TUHAN kita Yesus Kristus. Percaya sekarang cara berpikir sudah diubahkan dalam salib Kristus telah membarui di dalam kebangkitan-Nya (2 Kor 5:17).

Pesan yang hendak disampaikan terlebih dahulu apa yang sudah kita meyakini benar, bagian kehidupan dengan penuh ketaatan.

Setelah itu, kita usahakan berkat kasih pemenuhan Roh Kudus. Roh Kudus-lah yang menjadi sumber, dasar yang mengantarkan kita kepada suatu pemahan baru akan makna kebenaran dan makna hidup yang sesungguhnya sesuai dengan kehendak Allah yang harus kita menghidupi di dalam kehidupan sebagai anak-anak Kristus untuk menjadi teladan bagi semua orang (1 Timotius 4:12; Filipi 2:15; Matius 5:13).

Komentar