RAYAKAN IBADAH HUT 6 APRIL BERGABUNG TINGKAT KOORDINATOR MAMTA GEREJA KEMAH INJIL (KINGMI) DI TANAH PAPUA YANG KE-63 TAHUN
Ibadah HUT Gereja Kemah Injil (KINGMI) Di Tanah Papua yang ke-63 telah dilaksanakan bertempat di gedung baru Jemaat Bethesda Waena Kampung, 07 April 2025 yang bergabung dari tingkat koordinator Mamta. Dalam perayaan HUT yang ke-63 ini telah dihadiri oleh Jemaat yang berada di tiga Klasis, yakni Klasis Jayapura, Jayapura Kota dan Klasis Kerom. Pioner dan perintis gereja, Pdt. Dr. Benny Giyai, Ph. D bersama ketua Sinode antar waktu Gereja Kingmi, Pdt. Yayah Lagowan, MA telah hadir bersama para umat dan pemimpin gereja yang berada di lingkungan pelayanan koordinator Mamta.
Opening ibadah syukuran Hut dengan pemutaran audio perekaman sejarah berdirinya Gereja Kemah Injil (KINGMI) Di Tanah Papua. Suka-dukanya pionir dan perintis membawah gereja ini paling tidak melewati tiga masa setelah mendirikan gereja pribumi di Beoga 06 April 1962. Gereja ini setelah misionaris barat menyerahkan stafet kepemimpinan dan mandat Injil kepada pribumi Papua, 22 tahun gereja ini berada di bawah kepemimpinan orang asli Papua. Pada tahun 1984 di desak oleh gereja di pusat agar gereja yang berkategorikan persekutuan itu segera bergabung dengan gereja kesatuan. Sekalipun pimpinan dan umat Tuhan bersikeras mempertahankan gereja Kingmi Irian Jaya (Papua sekarang), tetapi gereja ini mengalami hambatan ketika misionaris dan gereja pusat membatasi beberapa aspek penting yang tentu saja akan berdampak langsung dalam pelayanan. Sebabnya, setelah bergabung ke gereja kesatuan pusat, selama 24 tahun berjalan di bawah masa pelayanan Gereja Kemah Injil Indonesia (GKII). Akan tetapi anggota jemaat semakin bertambah banyak dan gereja semakin bertambah luas di tanah Papua, gereja memerlukan intensitas pelayanan pada aspek spritual dan tenaga pelayan. Selain itu, persoalan pastoral pun semakin bertamba serta memerlukan keprihatinan gereja dari dekat.
Berdasarkan problem di atas, pada tahun 2006 umat Tuhan dan intelektual Papua nyatakan sikap kembali ke gereja Kingmi. Setelah gereja ini mengalami perubahan, hingga sekarang gereja kemah Injil (KINGMI) Di Tanah Papua masih eksis. Panji-panji Injil Kristus tetap berjaya dan bergemah di tanah Papua. Hal senada di sampaikan dalam sambutan oleh ketua Sinode Gereja Kemah Injil (KINGMI) Di Tanah Papua, Pdt. Yahya Lagowan, MA. Ketua Sinode menyatakan bawah dalam moment yang penting ini mari kita refleksikan tiga momen penting. Secara organisasi gereja Kingmi kini berada di usia yang ke-63 tahun. Segi sejarah pekabaran Injil umumnya di tanah Papua kita sudah rayakan memasuki 86 tahun pada bulan Januari kemaring. Tetapi setelah gereja ini kembali ke Kingmi yang dimulai pada tahun 2006, kini telah sampailah usia yang ke-19 tahun. Artinya itu menunjukkan bahwa, Sinode lanjutkan, gereja kita sudah tergolong tua. Secara kekuatan gereja ini 13 koordinator dan 96 Klasis dan Klasis persiapan serta (..?) ratusan Jemaat. Tetapi pelayanan Penginjilan belum tamat. Penginjilan jilid dua harus menjadi semangat kita. Penginjilan secara holistik berbasiskan kontekstual dan yang dinamis merupakan tanggung jawab dasar gereja dewasa ini dalam upaya mewujudkan berubah untuk menjadi kuat. Ia juga menyebutkan beberapa isu-isu Sosial, HAM dan pastoral di tanah Papua, hal itu menurutnya tidak terlepas dari tugas jemaat. Seperti kab Intan Jaya yang banyak masyarakat mengungsi akibat konflik perang bersenjata, Nduga, Mybrat, Yahukimo dst.
Pernyataan Sinode, tak jauh dari sorotan tema perayaan Hut. Tema HUT Gereja Kingmi yang ke-63 tahun adalah; Gereja Yang Memaknai Praktek Misi Holistik Yesus Kristus (Lukas 14:18-19). Melalui khotbahnya, Pdt. Adris Monim, M. Pdk menegaskan dua hal, yaitu memahami Kristus lebih dalam dan misi pelayanan holitistik masa kini. Dalam perenungannya Pdt. Adris Monim ketua Koordinator Mamta ini menegaskan ketika memaknai pelayanan secara holistik berarti pelayanan bukan saja aspek rohani tetapi sekaligus aspek fisik. Aspek fisik meliputi pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial dan politik dan aspek-aspek lain yang melekat pada bagian dari manusia. Kemudian pelayanan pada masa kini, ia menilai mengabaikan tanggung jawab dasar bagi gereja dan keluarga. Gereja dan orang tua intensifkan membimbing dan mengasuh anak. Seperti perkataan yang selalu diungkapkan oleh eks-sinode Pdt. Dr. Benny Giyai yang sering mengatakan bahwa bikin anak yang juara selamatkan gereja. Marilah lihat mulai dari Yerusalem, benahi rumah tangga, selamatkan generasi dan misi pelayanan kita dalam kerangka secara holistik.
Pembukaan seremonial ibadah dengan tarian anak-anak muda yang melagukan pujian liriknya seperti ini; Aku berdiri disini, di atas tanah Papua, tanah yang kaya akan indah dan permai. Aku bernyanyi di tempat ini memasyurkan nama Kristus. Lagu ini merupakan lirik semangat anak-anak muda sebagai penerus gereja ini. Mereka ingin menjaga mandat Injil dan tongkat kepemimpinan, melalui gereja ini supaya Injil tetap jaya dan bergemah, biarkan di atas tana Papua ini hanya memasyurkan nama Yesus Kristus. Konteks refleksi ayat ini, pada ayat sebelumnya menjelaskan tentang ujian yang dihadapi oleh Yesus dalam tiga hal, yakni tubuh, jiwa dan roh. Jika kita memahami Yesus dan pelayanan-Nya, maka kita harus memahami bahwa Yesus satu-satunya Mesias memberikan kebebasan bagi semua orang secara utuhnya baik secara jiwa, roh maupun tubuh.
Komentar
Posting Komentar