By Hengki Wamuni
Gereja Mulai Bergeser Dari Tugas Panggilan
Dewasa ini, dalam banyak hal, gereja tampak mulai bergeser dari pusat panggilannya. Fungsi utamanya kerap melemah, sementara perannya lebih sering terlihat sebagai tempat pertemuan rutin atau panggung untuk khotbah retorika yang indah didengar, namun kurang menyentuh realitas kehidupan jemaat. Pelayanan kadang terjebak pada formalitas dan jabatan, bukan lagi panggilan hati. "Sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yohanes 15:5).
Pergumulan Jemaat Yang Terabaikan
Ironisnya, di tengah semarak kegiatan, banyak jemaat justru hidup dalam pergumulan berat yang terabaikan. Ada rumah tangga yang retak, anak-anak yang kehilangan perhatian, pemuda yang terseret ke pergaulan buruk, ibu-ibu janda yang berjuang sendiri, serta pengangguran yang dibiarkan tanpa solusi. Sebagian jemaat terjebak dalam pola hidup yang merusak: perjudian, mabuk-mabukan, kecanduan, dan mentalitas instan yang mengharap hasil besar tanpa usaha. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu" (Roma 12:2).
Tantangan Zaman & Pengaruh Media Sosial
Arus perkembangan dunia pun membawa tantangan baru. Tak sedikit jemaat mengikuti kanal YouTube atau media sosial yang memuat ajaran dan pandangan yang bertentangan dengan iman Kristen. Dampaknya nyata: perpecahan keluarga, perceraian, bahkan kerusakan moral. Konten-konten amoral kini mudah diakses, tidak hanya oleh anak muda, tetapi juga oleh orang dewasa. "Waspadalah supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu" (Kolose 2:8).
Keterbatasan Adaptasi Pelayanan
Di sisi lain, liturgi gereja yang masih konvensional seringkali belum terbuka untuk penyesuaian dengan kebutuhan zaman. Lagu-lagu penyembahan kontemporer sering dipandang sebelah mata karena berbeda dari tradisi pujian lama. Sementara itu, penggunaan teknologi dan media digital kadang langsung dicap sebagai ancaman terhadap kemurnian teologi, tanpa mempertimbangkan peluang yang bisa dimanfaatkan untuk pelayanan.
Gereja Yang Kehilangan Kehidupan & Arah
Melihat kenyataan ini, kita menemukan gereja yang mulai kehilangan kehidupan. Pelan-pelan, ia bergerak menuju titik stagnasi karena kekurangan “nutrisi” untuk bertumbuh dan berfungsi dengan baik. Fokus pun bergeser pada urusan fisik dan tampilan luar, sehingga arah dan tujuan sejatinya hilang. Gereja sejatinya bukan hanya soal sistem, tata kelola, atau kemegahan gedung. Semua itu memang penting, tetapi akan menjadi masalah jika justru dijadikan tujuan utama. "Karena tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati" (Yakobus 2:26).
Fungsi Ganda Gereja: Lembaga Rohani dan Representasi Kristus
Secara teologis, gereja memiliki dua fungsi yang tidak bisa dipisahkan. Pertama, sebagai lembaga rohani (spiritual) yang berakar pada kebenaran firman. Kedua, sebagai representasi Kristus di dunia nyata. Kehadiran gereja harus menjadi cerminan Kristus, dan inilah titik pangkal dalam menjalankan fungsi ganda tersebut, baik dalam berteologi maupun berorganisasi. Dengan kata lain, orang percaya dan para pelayan Tuhan mengerjakan tugasnya berdasarkan mandat ilahi, untuk memenuhi kehendak Sang Pemberi Mandat, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Sang Guru Agung dan Kepala Gereja.
Introspeksi Pelayanan dan Panggilan Pelayan Tuhan
Mengacu pada berbagai persoalan dalam dinamika pelayanan, kita perlu melakukan introspeksi diri, menilai kembali pemahaman teologi, penghayatan iman, serta tujuan dan motif pelayanan secara jujur dan terbuka. Pekerja gereja harus memahami prinsip dasar penggembalaan, yang berawal dari hubungan pribadi dengan Kristus, lalu tercermin dalam iman, perkataan, dan tindakan. Dalam melaksanakan panggilan, seorang pelayan Tuhan sepenuhnya harus bergantung pada otoritas dan kuasa Roh Kudus sebagai Penggerak dan Pemberi kekuatan, yang memampukan serta menghasilkan buah pertobatan.
Khotbah yang Relevan dan Berdaya Guna
Mewujudkan kehendak Allah dalam pelayanan berarti memberitakan firman yang relevan dengan kehidupan jemaat sehari-hari. Khotbah perlu memakai bahasa, analogi, dan contoh yang mudah dipahami pendengar, sehingga mampu memberdayakan, membangkitkan semangat, menumbuhkan harapan, bersifat kontekstual, dan menunjukkan kepedulian. "Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya" (2 Timotius 4:2).
Pemahaman Teologi Gereja sebagai Landasan Pelayanan
Pemahaman teologi gereja menjadi landasan penting untuk menjawab tantangan pelayanan. Teologi gereja bukan sekadar berbicara tentang kredo atau doktrin yang dianut, tetapi tentang memahami keberadaan, tujuan, dan fungsi gereja itu sendiri. Gereja adalah alat, media, tempat, sekaligus sarana untuk membawa manusia kepada keselamatan di dalam Kristus. Kehadiran gereja di dunia adalah bukti nyata penjelmaan Kristus yang terus bekerja dalam kehidupan umat-Nya sepanjang masa, bukan sekadar gagasan, tetapi kenyataan yang hidup.
Program Pelayanan yang Menjawab Kebutuhan Jemaat
Masalah-masalah yang dihadapi jemaat harus menjadi acuan dalam merancang program kerja. Program gereja seharusnya hadir untuk menjawab kebutuhan umat, bukan hanya dalam aspek rohani, tetapi juga kesejahteraan fisik. Karena itu, gereja perlu menginisiasi program yang memberdayakan, peduli, dan hadir secara nyata, baik melalui pelayanan sosial maupun pelayanan rohani. Dimaksudkan dengan kesejahteraan fisik ialah mencakup aspek ekonomi, pendidikan, hukum, sosial, serta spiritual. Pelayanan yang utuh adalah pelayanan yang menyentuh seluruh dimensi kehidupan jemaat, sehingga iman yang dihidupi juga berdampak pada kualitas hidup mereka sehari-hari.
Penutup: Panggilan bagi Gereja Masa Kini
1. Kembali pada Pusat Panggilan: Gereja perlu kembali menempatkan Yesus Kristus sebagai pusat dari segala pelayanan. Bukan sekadar sibuk dengan kegiatan, seremonial, atau simbol-simbol, tapi benar-benar mengutamakan kehendak-Nya.
2. Hidupkan Pelayanan yang Relevan: Firman yang disampaikan harus menyentuh kehidupan jemaat sehari-hari, menguatkan yang sedang lemah, memberi arah bagi yang bingung, dan membangkitkan harapan.
3. Perhatikan Kesejahteraan Jemaat: Iman akan lebih kuat jika kehidupan jemaat juga diperhatikan secara utuh: mulai dari ekonomi, pendidikan, hukum, sosial, sampai spiritual.
4. Manfaatkan Perkembangan Zaman Tanpa Kehilangan Jati Diri: Gunakan teknologi, musik, dan bentuk ibadah yang kreatif untuk menjangkau lebih banyak orang, tapi tetap berpijak pada kebenaran firman Tuhan.
5. Jadi Gereja yang Hadir, Bukan Sekadar Ada: Gereja dipanggil untuk menjadi wujud nyata kasih Kristus, hadir di tengah penderitaan, dan menjadi jawaban bagi kebutuhan umat serta dunia.
"Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi" (Matius 5:14).
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih telah membaca tulisan ini. Kami sangat menghargai setiap pemikiran dan pengalaman yang anda bagikan. Silakan tuliskan komentar anda dengan penuh kejujuran dan rasa hormat, agar diskusi ini menjadi ruang yang membangun dan memberkati semua pembaca. Amakanee