SUKACITA MELAKUKAN TUGAS PANGGILAN DALAM KEADAAN SEBAGAIMANA KITA ADA

 

Persiapan khotba untuk

Ibadah Rayon 2 Jemaat Pos PI Amin

Pada hari kamis, 14 Agustus 2025

Di rumah keluarga Bapak Gabriel Mbogau

By Hengki Wamuni


1 Korintus 7: 17-24 (bc-17)

SUKACITA MELAKUKAN TUGAS PANGGILAN DALAM KEADAAN SEBAGAIMANA KITA ADA – Berusaha Hidup Sesuai Tujuan Dan Rencana Kekal Allah

Introduksi

Paulus menyampaikan pesan Firman Tuhan dalam konteks jemaat Tesalonika yang saat itu menghadapi pembatasan akses dan ruang bagi pelayanan pekerjaan Tuhan. Pembatasan itu diberlakukan dengan alasan:

  • Sistem agama dan budaya: masih terjadi perdebatan soal hukum Taurat, khususnya mengenai sunat di kalangan jemaat.
  • Strata sosial: perbedaan antara tuan dan hamba.
  • Status perkawinan: antara yang sudah menikah dan yang lajang.

Atas hubungan perbedaan inilah, Paulus menegaskan bahwa keadaan tersebut tidak boleh menjadi alasan untuk membatasi diri dalam menjalankan pekerjaan dan pelayanan Tuhan. Jika sudah bersunat, jangan berusaha menghapus tanda itu. Sebaliknya, jika belum sunat jangan mau sunat lagi. Sunat atau tidak sunat tidaklah penting, yang terpenting adalah menaati hukum Tuhan dan setia menjalankan perintah-Nya (ay. 19).

Demikian juga, bila seorang hamba dibebaskan, ia harus memanfaatkan kesempatan itu untuk melakukan tugas panggilan, karena ia milik Tuhan (ay. 21). Baik lajang maupun berkeluarga, jangan sampai perhatian hanya terpusat pada perkara-perkara dalam hubungan interpersonal. Hal utama adalah memusatkan diri pada tugas panggilan Allah dan hal-hal yang menyenangkan hati-Nya (ay. 24).

Dalam mengejar apa yang menyenangkan hati Allah, berikut ini menjadi pokok renungan kita yang dibagi dalam beberapa bagian:

1.  Hidup yang Telah Ditentukan Tuhan: Berusaha Hidup Sesuai Kehendak Allah

Tidak ada usaha manusia yang dapat menjamin keselamatan. Dosa membuat keselamatan sirna, harapan hilang, manusia menjadi lemah, dan berjalan menuju kebinasaan. Karena itu, keselamatan harus datang dari luar diri manusia, diinisiasikan dari tempat yang Mahatinggi, dan dinyatakan kepada manusia (Kej 3:15; Yoh 3:16).

Yesus membawa kita benar di hadapan Bapa melalui salib-Nya. Dengan demikian, pintu keselamatan terbuka bagi siapa saja yang mau menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penebus (Kis. 4:12). Inilah yang telah ditetapkan Tuhan bagi kita: Ia menghendaki agar setiap orang diselamatkan dan hidup harmonis dengan Allah serta sesama. Ia tidak mau ada satu pun jiwa yang binasa, melainkan semua memperoleh hidup kekal. Namun, dalam konteks surat Paulus ini, masih ada orang yang membiarkan kebebasan Injil tercemar oleh keterikatan pada status atau keadaan diri.

2.  Melayani Tuhan Tanpa Mengubah Status dan Keadaan Diri

Bagi Paulus, pembatasan pelayanan Tuhan berdasarkan hubungan atau status pribadi tidaklah mendasar. Status atau keadaan tertentu tidak menghalangi siapa pun yang mau bertobat dan menunjukkan iman serta komitmen melayani Tuhan. Berusaha mengubah status atau kondisi diri hanya agar dianggap layak melayani Tuhan adalah pemikiran yang keliru. Dalam keadaan apa pun, yang dikehendaki Allah adalah hidup berpadanan dengan hukum dan perintah-Nya serta menghasilkan buah pertobatan.

Firman Tuhan dalam ayat 21 mengingatkan kita untuk memanfaatkan kesempatan yang ada, tanpa harus memaksa diri mengubah keadaan saat ini (ay. 24).

Konteks ini relevan dengan kehidupan kita sekarang. Sering kali ada alasan-alasan yang membuat orang tidak mau bertobat dan menghindari dari tugas panggilan, misalnya:

  • Antara yang sudah dibaptis dan yang belum dibaptis.
  • Latar belakang pendidikan, bidang keahlian, atau profesi
  • Usia muda dijadikan alasan menunda pelayanan: harus berpengalaman dulu baru mengasihi Allah.
  • Perbedaan status jabatan antara pendeta/gembala dan orang awam.
  •  Dan masih banyak contoh lain yang tidak disebutkan satu per satu disini.

Dari beberapa contoh ini, terlihat bahwa orang sering terpaku pada satu hal: mengaitkan pekerjaan dalam pelayanan Tuhan dengan status formal di gereja dan latar belakang pendidikannya. Meskipun tidak selalu disadari, hal ini membuat sulit membedakan antara hal yang bersifat mutlak secara universal dan hal yang hanya terikat pada aspek formal. Dalam konteks ini, yang terpenting adalah bagaimana kita memahami dengan tepat kehendak Allah, mengetahui apa yang baik, dan setia melakukannya sesuai rencana dan tujuan kekal-Nya.

a.   Bentuk Formal

Dalam bentuk formal, para hamba Tuhan memiliki beberapa kriteria untuk menjaga keutuhan dan kemurnian pelayanan. Pertama, sikap pertobatan, iman, dan keteladanan merupakan hal yang utama dan terpenting bagi seorang hamba Allah. Kedua, memiliki status formal keagamaan, seperti Pdt., Ev., atau Vik. Ketiga, dalam kaitannya dengan sistem organisasi, memiliki jabatan dalam struktur kepengurusan gereja.

Namun, keselamatan tidak ditentukan oleh status atau kedudukan dalam organisasi formal. Status dalam hukum agama dan sistem hanya bersifat sementara, berfungsi untuk memenuhi kriteria tertentu dalam menjaga kemurnian dan keteladanan saat melaksanakan mandat atau tugas panggilan. Tanggung jawab ini memang merupakan tindakan iman, karena iman dibuktikan melalui perbuatan. Namun, status formal yang berlaku sementara di bumi tidak menjadi jaminan mutlak keselamatan.

3.  Hidup Berpusat Pada Perkara Tuhan, Bukan Perkara Dunia

b.   Kewajiban mutlak secara universal

Yang membuat seseorang berkenan di hadapan Allah adalah pertobatan yang sungguh-sungguh, disertai hidup yang sesuai dengan pertobatan itu. Banyak orang berlomba menjadi percaya, tetapi hanya sedikit yang mematuhi hukum Tuhan, setia melaksanakan perintah-Nya, dan berpegang teguh pada janji Firman-Nya (Matius 7: 21-23). Tidak sedikit yang akhirnya murtad karena merasa hidup dalam Tuhan terlalu berat, lalu menolak kehendak-Nya dan tetap berpusat pada diri sendiri.

Namun, ada juga yang tetap berpaling kepada Tuhan. Yang terpenting adalah hati yang bersedia menerima Allah secara pribadi, jiwa yang lembut dan bersukacita menyambut kehadiran Roh Kudus, melepaskan hasrat dan keinginan pribadi demi mempersembahkan hidup bagi Tuhan, serta berani menerima panggilan untuk pelayanan-Nya. Dengan demikian, kita membawa terang dan semangat Roh Kudus ke mana pun Tuhan mengutus kita untuk mengabdi.

Merupakan prinsip kewajiban mutlak yang berlaku bagi semua lapisan umat manusia, baik gembala maupun jemaat awam untuk merespons dan menghidupi panggilan Allah dalam kehidupan masing-masing. Sikap pertobatan yang sungguh-sungguh dan kesediaan mengambil tanggung jawab sebagai hamba dan pelayan Allah adalah hal utama. Keadaan atau kepribadian bukanlah syarat mutlak yang menentukan. Dalam hal ini, Tuhan dapat memakai siapa saja yang sungguh-sungguh bertobat dan memegang teguh nazar imannya dalam perbuatan.

Lebih dari itu, bukti pertobatan harus tampak dalam kebajikan dan karakter hidup yang sepadan dengan pertobatan tersebut. Karakter hidup orang beriman terutama adalah kasih, diikuti sukacita, damai sejahtera, kesabaran dalam segala keadaan, serta penguasaan diri yang menjauhkan diri dari kemurtadan.

Secara kogritnya, semua orang dipanggil Allah untuk hidup sesuai prinsip ketetapan-Nya. Dalam hal tertentu, Ia dapat memakai siapa saja untuk melakukan pekerjaan besar bagi umat manusia, tanpa membedakan atau mensyaratkan perubahan status menjadi pendeta atau jabatan rohani lainnya demi memenuhi kriteria tertentu.

Apakah Anda laki-laki atau perempuan, jemaat awam atau hamba Tuhan, pengusaha atau pemerintah, belum dibaptis atau sudah dibaptis, muda atau tua, pintar atau sederhana, istri atau suami, pendosa atau orang saleh, semuanya dipilih Tuhan supaya hari ini juga menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penebus pribadi. Pastikan bahwa Allah dapat memakai Anda untuk mewujudkan tujuan dan rencana kekal-Nya bagi manusia.

Jika Anda menunggu sampai menjadi sempurna, itu sama saja seperti berusaha menjaring angin. Manusia tidak akan pernah mencapai kesempurnaan; kesempurnaan hanya milik Kristus. Kita tidak tahu persis apa yang akan terjadi besok. Maka, jangan berkata, “Besok saya akan melakukan ini dan itu (Yakobus 4:14),” karena kita tidak tahu apakah besok kita akan berhadapan dengan kematian, bencana besar yang mengacaukan kehidupan, kehancuran, atau sekadar proses menjadi tua. Masa depan adalah misteri bagi manusia.

Namun satu hal pasti: setiap orang dihadapkan pada dua pilihan, menuju kematian kekal di neraka atau menerima hidup kekal di kerajaan surga. Dua jalan ini benar-benar ada sesuai ketetapan Allah, dan manusia tidak mungkin menciptakan jalan lain untuk menghindar dari kuasa-Nya. Pilihan antara surga dan neraka bersifat pribadi, bukan keputusan keluarga atau kelompok. Itu sepenuhnya bergantung pada bagaimana kita saat ini merespons panggilan Tuhan, menerima atau menolak-Nya.

4.  Kesimpulan

Setiap orang dipanggil untuk melayani Tuhan dalam keadaan sebagaimana adanya, tanpa harus mengubah status atau kondisi diri demi dianggap layak. Yang terpenting adalah pertobatan sejati, kesediaan hidup sesuai kehendak Allah, dan komitmen setia menjalankan tugas panggilan-Nya. Status formal, kedudukan, maupun latar belakang bukanlah jaminan keselamatan; hanya iman yang dibuktikan dengan perbuatan yang berkenan di hadapan Tuhan.

Hidup berpusat pada perkara Tuhan berarti menyerahkan hati, pikiran, dan perbuatan kepada-Nya, serta membawa terang Kristus ke mana pun kita diutus. Masa depan adalah misteri, namun pilihan kita hari ini menentukan akhir kehidupan kita—hidup kekal bersama Tuhan atau kebinasaan kekal. Karena itu, jangan menunda; hari ini juga tanggapi panggilan Tuhan dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Penebus pribadi, agar rencana dan tujuan kekal Allah tergenapi dalam hidup kita.

Komentar