DANSA DALAM PERKABUNGAN
By Hengki Wamuni
Kultur tidak berdaya dan apatis sudah di alami lama sejak tahun 2019 ketika negara melanjarkan banciran pengiriman aparat keamanan nasional organik dan non-organik di bumi Intan Jaya. Bukan saja itu, sudah lama sejak tahun 2014-2015 masyarakat sipil mendapatkan diskriminasi dan kekerasan yang melibatkan aparat brimob dalam paskah kegiatan pemimilihan maupun kontestasi pilkada 2017.
Akibat pendropan gabungan aparat keamanan organik maupun non-organik terjadi kemacetan atas berbagai kegiatan sosial. salah satunya adalah kegiatan keagamaan (NATAL) . Natalan tahun 2019, negara atas nama NKRI tidak memberikan stabilitas yang layak kepada penganut agama Kristen khusus di kabupaten Intan Jaya dalam momen Natal sama seperti di kabupaten dan kota lain dalam kawasan negara indosnesia. Sementara warga negara Indonesia di tempat lain mendekorasi lampu kelap kelip yang menghiasi pohon tinggi menjulang langgit dengan rasa sukacita dan damai melalui berbagai peraktek demi memuliahkan Tuhan, warga masyarakat Intan Jaya, mereka tinggal seperti anak lantaran yang tidak memiliki bapa dan ibunya. Trauma, panik, lapar, dingin, dan berjalan kejauhan mencari tempat lindungnya tanpa nafka menjadi makanan itu. Perkabungan itu digantikan rasa sukacita, damai dan tenteram momen nanal tadi. Tangkisan dan air mata menjadi air hujas deras membasahi berbagai ekositem, tanpa ada yang simpati, empati sebagai manusia. A.a.ahh sio. Sementara anak dan orang yang memiliki cacat fisik yang tidak kuat berjalan cepat menjadi sasaran korban, gugur di tangan para singa raksasa yang memburu mangsa. Hari akbar Natalan penganut Kristen si seluruh dunia termasuk Indonesia Indonesia memberikan jaminan keamanan yang layak, sementara Intan Jaya hanya tinggal suara perkabungan seperti suara deruh dan guruh.
Aspek krusial, Fasilitas kesehatan, yang bertumpu kepada delapan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang tersebar merata di delapan distrik Intan Jaya dibantu13 unit Puskesmas Pembantu (Pustu) tidak berjalan, hanya rumah sakit umum yang berada di ibu kota sugapa masih bisa berjalan. Empat puluh tujuh (47) sekolah, dimana terdiri atas 3 unit TK (Bilogai, TK Iluguma Pogapa dan Yotadi), 36 unit SD, 7 unit SMP, dan 1 unit SMA sejak tahun 2019 sampai tahun ini (2021) tidak berjalan. Sementara beberapa gereja di beberapa daerah sasaran operasi tidak digunakan beribadah.
Dua aktor dominan antar operasi militer dan perang gerilya Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat (TPN-PB) mengakibatkan warga menjadi sasaran korban, bukan hanya korban secara fisik tetapi juga harapan hidup bebas-damai-aman, kekayaan, semua aspek dan semua pabrik sektor. Pemerintah pun termanggu-manggu dan frustrasi. Hilang sekejap kualifikasi wibawa seorang pemimpin ketika tibah bola besar jatuh di tengah-tengah mengagetkan sesuatu yang belum ada dalam bayangan maupun diharapkan hal itu terjadi. Siapa sangkah, induk akan lari meninggalkan anak ketika menimpa fenomena yang terjadi tibah-tibah. Peristiwa terjadi yang diluar batas kemampuan, tentunya akan dihindari hiraukan para korban yang hanyut tertawabawa.
Tanpa adanya kesejelasan evalusasi terkait kebijakan keamanan sejauh seberapa banyak yang mengirim dan seberapa banyak sudah di tarik, hal ini belum ada evaluasi. Bahkan negara juga belum transparan terkait dengan penggiriman, apakah di papua adalah daerah sasaran operasi militer (DOP) atau apa sebutan yang diberikan nama sebagai tujuan pengiriman pun belum ada keterbukaan. Karena itu, penulis meminta kepada gereja untuk mempertanyakan terkait evaluasi kebijakan kemanan di papua kepada Jakarta!
Para profetik rohaniwan di Intan Jaya, bagaimana jika mereka sendiri kehilangan harapan mau urus Jemaat! Bagi hamba Tuhan ketika mengamankan para penggungsi mereka juga mendapatkan beberapa tekanan dan ancaman oleh aparat keamanan (TNI/PORLI). Hamba Tuhan yang berani menyatakan sikap pembelaan bagi jemaatnya, dicap sebagai seorang yang pemelihara TPN-PB atau pelawan klaim TNI/Porli kemudian menjadi sasaran korban. Riilnya Pdt. Yeremia Zanambani S.Th selaku Mandan Ketua Daerah dan Ketua Sekolah Tinggi Alkitab (STA) di Hitadipa rangkap Wakil Ketua penterjemah Alkitab Bahasa Moni dapat ditembak mati oleh aparat diklaim menjadi musuh negara, atas pernyataan-pernyataan tegas yang pernah ia sampaikan sebagai sikap pembelaan atas umat di Intan Jaya. dengan demikian, hamba Tuhan yang lain mendapatkan pengalaman dari Pdt. Yeremia, karena itu, secara paksa diam dan lipat tanggan. Umat nya di bunuh seperti hewan dan bintang.
Dalam tengah-tengah insidental ini, kekuatan kasus akibat provokasi pun tidak kalah menjadi kasus yang mengakibatkan kuantitas jumlah banyak warga korban. Tanpa sadar banyak oknum menjual diri dengan menjadi spionase BIN. Banyak warga sipil Intan Jaya dimanfaatkan oleh TNI/Polri untuk menjadikan mereka mata-mata (Spionasi BIN/Bais). Setelah oknum spionase menjadi sasaran korban dibiarkan begitu saja-mati sia-sia.
Kini banyak orang mengantup muka dan menakjubkan dunia melihat kenyataan korban manusia dan kehidupan di Intan jaya. Harga manusia diukur sama dengan kekayaan yang ingin mereka operasi. Sumber konflik tidak adalah kepentingan ekonomi politik, negara bangun berbagai pendekatan dan cara untuk mengeruk sumber daya alam yang terpendam di bumi. Sementara masyarakat yang berada di sekitar sasaran rencana operasi/penambangan secara sengaja melakukan tindakan kekerasan atas warga dengan tujuan supaya pindah dari tempat situ ke tempat lain (Relokasi) sehingga mudah akses penambangan tadi. Perusahan Blok B Wabu akan fasilitasi oleh perusahan Inalum (Mind Id-Ministry industri indonesia) akan beroperasi Perusahan Antam Tbk spesial/ahli emas.
Dengan adanya misi negara yang telah dilaksanakan oleh Aparat pertahaan Negara Indonesia (TNI) beroperasi di pegunungan Tegah Papua maka komponen masyarakat Intan Jaya sudah mengetahui dan pastikan bahwa sumber konflik adalah kehadiran perusahan asing di Papua, lebih khususnya di Kabupaten Intan Jaya. Karena itu, kehadiran perusahaan sudah di tolak oleh seluruh lapisan masyarakat di Intan Jaya. Misi TNI/Porli ditunggangi dengan kepentingan Ekonomi-politik atas nama ekspansionisme sudah jelas melalui peraktek-peraktek bias oleh TNI terhadap warga masyarakat, ketika pernyataan-pernyataan yang membongkar cakrawala bias mereka.
Warga masyarakat Intan Jaya harus mendapatkan perlindungan yang layak seperti kabupaten di provinsi lain karena warga masyarakat di Intan Jaya juga bagian dari warga negara Indonesia yang layak mendapatkan hak yang sama dan setara.
Sio, walau melihat, merasakan, mengalami tetapi diabaikan begitu saja. Walau kondisinya sangat kejam dan paling sakit tetapi tidak berdaya, tingal begitu saja. Tidak ada yang mau dibelah. Sekalipun ada oknum yang mau dibelah, mereka pun dicap sebagai anti negara maka mendapatkan terol dan indrogasi sengaja menakut-nakuti supaya tidak boleh membongkar rahasia bias negara untuk penerapan di papua.
Komentar
Posting Komentar