OPINI ATAS ISU RENCANA PEMBANGUNAN
WISATA DAN BANGUN TUGU PATUNG TUHAN YESUS OLEH MILITER SANDI OPERASI DAMAI
KARTENZ DI KABUPATEN INTAN JAYA
Hengki Wamuni
PENGANTAR
Isu mengenai pembangunan Wisata Tugu Patung Tuhan
Yesus di kabupaten Intan Jaya yang diinisiasi oleh Aparat Keamanan dari klup
Satuan Tugas Operasi Damai Cartenz sebagai program pembangunan teritorial
tentunya berkategoriar penyalahgunaan simbol agama Kristen tanpa diberikan izin
terlebih dahulu oleh Keagamaan Kristen. Kemungkinan sebelumnya belum ada
perencanaan program pemerintah daerah kemudian saat isu mengenai rencana
pembangunan tugu Patung Tuhan Yesus itu muncul direstui pemerintah daerah
melalui dinas pariwisata. Instansi pemerintahan sambut pembangunan tersebut
dengan antusias secara spontan tanpa melalui suatu aspirasi dari kalangan
pemimpin keagamaan yang berdominasi kabupaten Intan Jaya. Gereja mengagetkan
dengan setelah isu tersebut dimunculkan dan bahas di berbagai media jejaring
sosial yang dikelola masyarakat Intan Jaya. Gereja tidak berdaya untuk
menyatakan sikap secara terbuka di publik berhubungan dengan sikap penolakan
karena gereja memiliki kenangan kekerasan dan pembunuhan para gembala dan
Pendeta senior mereka melalui keterlibatan aparat keamanan Republik
Indonesia.
Sebagai mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan
teologi membuka diri menuliskan tentang isu pembangunan wisata patung Tuhan
Yesus yang isunya diredamkan oleh komponen masyarakat Intan Jaya dalam kerangka
membuka mata publik memahami isu dengan sudut pandang curiga. Negara punya
banyak trik yang mana mereka melakukan berbagai kegiatan sifatnya pekerjaan
yang baik dan bermanfaat tetapi dibalik itu mereka sedang mempraktekkan
kegiatan ekosida, dan genosida. Secara sadar sangat tidak logis ketika satu
lembaga pemerintah yang bukan penganut agama Kristen ataupun adapun juga secara
dejure maupun defacto tidak memiliki legalitas dan memberikan justifikasi atas
penggunaan suatu simbol kepercayaan agama lain (Lebih lanjut akan lihat di
bawah).
Dalam tulisan ini akan menguras keterlibatan militer
dalam praktek kekerasan dan aspek iman Kristen tentang simbol salib itu bagi
pengannut keagamaan Kristen dunia. Komparasikan dengan faktual di lapangan dan
tujuan dibalik adanya rencana pembangunan wisata tugu patung Tuhan Yesus.
MILITER DAN KEKERASAN
Intan Jaya satu dekade ini warga sipil masih sedang
berada dalam suasana duka dan tangkisan disebabkan karena keberadaan dua aktor,
yakni tentara pembebasan untuk Papua Barat (TPN PB) dan aparat keamanan
Republik Indonesia. Dalam tulisan ini ingin dijawab beberapa pertanyaan dari;
Apa hubungannya TNI dengan pembangunan Salib Kristus? Apa tujuan mereka membuat
Wisata Patung Tuhan Yesus dalam kondisi masyarakat yang belum kondusif? Apa
indikasinya? Siapa yang memberikan mandat dan dari mana mendapatkan suatu
perizinan menggunakan simbol milik lembaga keagamaan lain? Beberapa pertanyaan
diatas menjadi referensi kunci dalam menyusun pernyataan sikap ini.
Operasi Damai Cartenz adalah sandi organisasi keamanan
yang beroperasi di tanah Papua terutama daerah pegunungan Tengah Papua di
dominasi gerakan geriliyawan hutan rimba bertujuan untuk operasi atas gerakan
Tentara Pembebasan Papua Barat. Apapun definisi pendekatan dan program Aparat
keamanan, kami merasa bahwa memutar akal dalam upaya menutupi kekerasan dan
ketidakadilan mereka ditutup dengan topengan kegiatan sosial dan kemanusiaan.
Pernyataan ini berlandaskan pada kenyataannya pemimpin gereja para Pendeta dan
Gembala telah dibunuh oleh Militer (llihat Pdt. Yeremia Zanambani,
Katekis Yustinus Duwitau, dan Katekis Rufinus Tigau), Pdt. Geyimin Nirigi di
Nduga serta Pdt. Elisa Tabuni kabupaten Puncak Jaya serta warga gereja yang
sedang mereka gembalakan turut eksekusi tanpa diberikan keadilan dan
perlindungan masyarakat korban. Para pelaku pelanggaran HAM berat memberikan
impunitas hukum semakin memuluskan bagi para pelaku untuk terus berbuat
kejahatan dan menyengsarakan warga. Justru kehadiran mereka mengubah sistem
sosial masyarakat karena menuai arus gelombang pengungsian. Hingga saat ini
pemerintah Republik Indonesia belum mencari sebuah solusi nyata dalam upaya
pemulihan beban traumatik masyarakat korban. Dengan kehadiran keamanan itu
kemudian terus terjadi rentetan kekerasan semakin mencekam situasi sosial dan
kehidupan warga.
Konflik Perang bersenjata di Intan Jaya telah
menewaskan 50-an lebih dan mengalami korban kekerasan fisik terhadap masyarakat
sipil, dan 13 ribu warga pengungsi yang menyebar ke beberapar wilayah yang
terpisah tanpa perhatian hak dan kebutuhan oleh pemerintah. Hingga kini
pemerintah belum menemukan mekanisme pengamanan warga pengungsi yang sudah
berdiaspora. Pengungsi masalahnya sangat kompleks. Terpaksa harus meninggalkan
tempat tinggal, lahan dan berbagai kekayaan lain mengungsikan menyebar ke
beberapa titik daerah yang berbeda. Warga tempat pengungsian belum mendapatkan
layanan kesehatan yang cukup, penyediaan air dan sanitasi, dibatasi akses
layanan para hamba Tuhan, dan penyaluran bantuan sembako yang tidak cukup.
Pelayanan publik yang kurang efektif dalam mengurus masyarakat pengungsi ini
dampak pada aspek pertumbuhan fisik, mental, sosial dan spritual.. Penyakit
malaria, kurang gizi, penyakit kuliat menyerang sakit dan menuai kematian pada
anak dan lansia. Mereka harus menyesuaikan situasi sosial yang baru membatasi
kebebasan menjalankan rumah tangga, sering terjadi konflik lahan antara yang
pemilik dan warga pengungsi. Tidak memberiskan akses pendidikan bagi warga
pengungsi. Sementara kecemasan mereka akan antisipasi peralihan wilayah adat
yang memiliki sejarah panjang yang diwariskan nenek moyang secara
turun-temurun. Masih ada berbagai dampak yang sangat signifikan yang mengorgoti iman warga pengungsi.
Belakangan ini rentetan peristiwa kekerasan secara
terbuka dan tertutup terus terjadi. Selama 5 tahun ini masyarakat mengalami
berbagai tindakan kekerasan dan pelanggaran HAM. Pelakunya sama sekali tidak
memberikan proses hukum, justru tidak adili proses hukum para pelaku tidak memberikan
rasa keadilan bagi masyarakat korban. Sehingga, warga sipil menaruh
ketidakpercayaan atas kehadiran militer, karenanya mereka panik dengan
keberadaan keamanan dan penyebaran pos militer hingga saat ini secara
signifikan mencapai 17 pos militer selama tiga tahun belakangan ini.
Kecenderungan sekuritisasi wilayah ini juga sangat sulit penerapan demokrasi
bagi masyarakat Papua secara spesifikasi orang Moni ketika setiap proses
civitas dikontrol oleh keamanan, membatasi ruang kebebasan berkumpul dan mengemukakan
kebebasan. Terutama menutupi ruang bagi suara kenabian bagi pemimpin keagamaan
membela umat yang di eksploitasi oleh kepentingan perusahan-perusahaan yang
bersekutu secara diam-diam dengan para elit politik, elit militer untuk kelola
modal pemerintah pusat.
Berdasarkan dengan faktual yang ada dan sedang
berlangsung di atas ini perbuatan apa yang memberikan kelayakan bagi para
pelaku kejahatan mempergunakan simbol kedamaian! Dengan mempertanyakan
keberadaan negara melalui militer di tanah Moni yang sebelumnya hidup aman,
damai dan tentram kini tibah-tibah mengubah situasi sosial yang sangat berubah,
tidak memberikan jaminan berdasarkan dengan pertimbangan hukum maupun defacto
sama sekali tidak ada tempat bagi pelaku kejahatan. Justru mereka adalah
malaikat maut yang sedang berdikotomi dengan salib Kristus yang adalah simbol
kedamaian dan ketenaran.
SALIB SIMBOL KEPERCAYAAN PENGANUT AGAMA KRISTEN DUNIA
DAN KEMUNAFIKAN ORANG BEJAT MORALNYA
Oleh karenanya, pembangunan Patung Yesus yang hendak
ingin dibangun oleh TNI adalah melawan dengan prinsip dasar Iman Kristen.
Mereka sedang mempraktekkan persis kediktatoran sistem imperium dominium
Kekaisaran Romawi yang meghendaki ketundukan mutlak atas kehendak para
penguasa. Mereka tidak menghendaki suara kritis, dan pihak oposisi menjadi
target pemusnahan, sama seperti pembunuhan Pdt. Yeremia Zanambani, pelakunya
diduga oleh Militer Indonesia ketika dengan lantang membela umat yang sedang ia
digembalakan di Daerah (Klasis) Hitadipa dari Denominasi Gereja Kemah Injil
Indonesia (GKII) Wilayah Papua II.
Salib itu dasar iman orang Kristen. Salib merupakan
simbol kedamaian, pembebasan, keselamatan, dan Keadilan. Salib itu harga diri,
identitas, dasar pijakan hidup dan penghormatan orang Kristen. Sifat dan sikap
keamanan yang represif dan kejam yang membangun tugu patung Tuhan Yesus
merupakan bentuk penghinaan dan merendahkan martabat manusia 60-an warga sipil
yang sudah gugur di tangan militer Indonesia. Penderitaan kemanusiaan Orang
Moni itu sangat berharga dan itu identik dengan memikul salib penderitaan
penyakit disintegrasi dan degradasi sistem sosial yang amat buruk. Allah sangat
simpati dan merasa terganggu dengan sistem kediktatoran yang menyengsarakan
umat yang tidak berdosa (Keluaran 2:23-25). Kristus sangat kecam atas sistem
yang semakin mengkristalkan penindasan, eksploitasi orang rentan dengan
menggunakan sistem agama, budaya dan pemerintah yang tidak keberpihakan orang
lemah (Matius 23). Orang munafik yang sok baik bagian luarnya pada hal bagian
dalam itu sarat dengan dengan kebohongan publik demi kepentingan bisnis
ekonomi. Sikap orang semacam ini Kristus menggambarkan dengan kuburan yang
dicat putih, pada hal bagian dalam kuburannya penuh dengan tulang-belulang.
Sama seperti kelihatannya orang baik tetapi didalamnya penuh dengan kemunafikan
dan kejahatan (Matius 23:27). Formula kapital, janji-janji manusia kegiatan
kemanusiaan dan pendekatan keamanan merupakan satu kesatuan dari bentuk
penindasan. Dimana mereka menggunakan dengan cara apa saja untuk meduduki dan
ekspansi bisnis ekonomi oleh pemburu harta karung perut bumi. Cara elegan
adalah mengambil hati masyarakat dengan kegiatan yang kelihatannya itu baik dan
memberikan manfaat. Pada hal melalui cara itu mereka semakin kuatkan praktek
penyimpangan sosial.
Penggunaan Salib Kristus dengan tujuan tertentu
merupakan persis penyokongan memajukan kebohongan agar memelihara kejahatan dan
ketidaklan mereka (Matius 28:11-15). Betapa jahatnya manusia yang memajukan
kebohongan dengan menerima keuntungan lebih besar, dengan jalan itu mereka
ingin melangkengan kejahatan. Sekalipun lurus dari tindakan dusta, tidak akan
dapat mengamankan mereka dari pedang keadilan Tuhan. Segalah bentuk yang
menindas dan menyengsarakan umat secara langsung menyerang Allah. Sebab, hanya
Allah saja yang memiliki otoritas atas nyawa dan kehidupan umat manusia.
Tindakan manusia yang mengorbankan sesama manusia, mereka mengambil alih
otoritas Allah dan secara langsung menyerang Tuhan dan Ia akan menuntut balasan
menurut ukuran perbuatannya sendiri (Ibrani 10:30).
INISIATIF TNI BANGUN TUGU TUHAN YESUS ITU BENTUK
KEJAHATAN DAN PENGHINAAN ATAS MANUSIA MONI DI INTAN JAYA
Dengan alasan apapun, membangun Patung Tuhan Yesus
yang diinisiasi pihak keamanan adalah bagian dari Bentuk penghinaan terhadap Kristus.
Mereka ingin merendahkan martabat manusia. Menghina harga diri Manusia Moni
yang telah mengalami kejahatan dan ketidakadilan negara selama mencapai satu
dekade ini. Mereka ingin menyepelehkan 50-an lebih warga yang telah korban dan
13 ribu warga pengungsi di kabupaten Intan Jaya.
Setelah terkumpulkan informasi dari semua pihak,
Pembangunan Wisata Tugu Patung Tuhan Yesus ternyata diinisiasi dari aparat
militer untuk pembangunan teritorial. Kemudian belum adanya negosiasi bersama
dengan pemimpin agama setempat sebagai pihak yang memiliki hak kepemilikan
simbol Salib Tuhan Yesus. Oleh karenanya, mereka telah melanggar atas hak Paten
dan penggunaan simbol lembaga Agama Kristen.
Yang mejadi pertanyaan besar adalah mengapa lembaga
militer yang harus menginisiasi pembangunan patung Tuhan Yesus? Apakah dalam
institusi militer semua adalah orang Kristen? Sekalipun begitu mekanisme
organisasi militer bukanlah tempat layak merencanakan pembangunan semacam itu.
KESIMPULAN
Oleh sebab itu, pertimbangan dari uraian di atas dapat menyimpulkan sekaligus pernyataan sikap bahwa;
- Militer Indonesia segerah berhenti rencana pembangunan Wisata Tuga Patung Tuhan YESUS di Sugapa Intan Jaya karena sangat bertentangan dengan prinsip simbol salib Kristus sesuai dengan pertimbangan Iman orang Kristen;
- Ditegaskan Kepada Pemimpin Gereja Kristen; Katolik, GKII, dan KINGMI yang dominasi di kabupaten Intan Jaya agar segera mengeluarkan pernyataan sikap terbuka Penolakan terhadap pembangunan Patung Kristus di Intan Jaya;
- Ditegaskan kepada Masyarakat pemilik hak ulat tanah, jangan menyerahkan Tanah adat yang identik dengan mama kita dengan serambangan.
- Ditegaskan kepada pemerintah daerah terutama lembaga representasi masyarakat (DPRD) agar terakomodir/terkabulkan aspirasi komponen masyarakat terutama dari pihak gereja dengan mahasiswa supaya melanjutkan perjuangan penolakan rencana pembangunan Patung Kristus di Kab Intan Jaya lebih lanjut.
- Diminta dengan Segera kepada petingii Militer Republik Indonesia, yakni Ir. Joko Widodo sebagai presiden republik Indonesia agar Tarik Kembali Pasukan Keamanan Organik maupun non-organik dari bumi Intan Jaya.
- Ditegaskan juga segera berhenti rencana operasi Tambang di Kabupaten Intan Jaya oleh PT Antam Tbk melalui Perusahaan Blok B Wabu Intan Jaya.
Komentar
Posting Komentar