Redaktor: Hengki Wamuni
PENDAHULUAN
Bahan
bacaan dengan bertanjuk langkah-langkah praktis menjadi seorang penginjil ini
saya menulis untuk sekawanan para mahasiswa dan mahasiswi yang Yesus kasihi
pada Sekolah Tinggi Teologi Walter Post Jayapura. Apa yang saya tuangan
berdasarkan dengan hemat iman saya terhadap Kristus Juruselamatan saya yang
telah memberikan ide menulis paper ini. Tulisan ini adalah kegelisahan saya
sejak lama kesan saya terhadap panggilan dalam pelayanan penginjilan. Pada hakikatnya
semua orang percaya dipanggil untuk menjadi saksi Kristus dengan berbagai macam
cara sesuai dalam panggilan tersebut untuk mewujudkan kehendak Allah. Akan tetapi
dalam paper ini secara eksplisit saya menguraikan langkah-langkah praktis
menjadi seorang penginjil, penekanannya pada panggilan untuk bersaksi tentang
Injil (Kristus).
Dalam perkembangan
dunia yang begitu pesat ditandai era evolusi industi ini ilmu pengetahuan
dimutlakan, termasuk dunia lembaga teologia. Utang budi, saya bertekad
dedikasikan tulisan ini agar kita kembali kepada koridornya menjadi pelayan
Tuhan yang benar-benar dituntun dan dipakai oleh Tuhan sesuai maksud dan
rencanan-Nya. Agar apa yang kita miliki, baik ilmu pengetahuan tinggi, memiliki
spektakurel karunia yang luar biasa itu kita gunakan sebagai sarana untuk
memuliakan Tuhan. Sebab saya merasa bahwa kepemilikan kita saat ini adalah hanya
atas seizin Tuhan Yang Mahakuasa untuk memenuhi dalam tugas panggilan kita
sebagai hamba Tuhan. Dengan sepenuh hati bergantung dalam kuasa dan otoritas
Allah, kita bisa menjalankan pelayanan untuk mencari dan selamatkan jiwa-jiwa
yang terlantar dalam lumpur dosa dan juga interupsi kehidupan oleh arus
perubahan dunia ini.
Saya
menulis paper ini sebagai sebuah surat
cinta kepada kekasihi kolega sesama calon hamba Tuhan untuk dapat membaca dan
merenungannya. Biarlah lebihnya Roh Allah dapat mencerahkan dan memudahkan kita
untuk berfikir lebih luas dan dalam mengenai tugas panggilan Allah bagi kita
semua.
TELADAN RASUL DAN SAKSI INJIL YANG SETIA GEREJA MULA-MULA
Unsur
pokok dalam pelayanan gereja kita akan menjumpai yang namanya tiga tugas panggilan gereja, yaitu persekutuan, pelayanan, dan kesaksian. Tiga
unsur pelayanan ini tidak bisa terlepas dari kehidupan gerejani. Oleh karena itu lebih tepat kalau saya mengatakan
bahwa tugas panggilan gereja ini tugas pokok yang secara naluria termasuk juga tugas
panggilan bagi orang percaya pribadi
lepas pribadi. Orang percaya dituntut untuk harus menghidupi dalam ketiga tugas panggilan gereja tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Namun dalam tulisan ini saya berkendak
menyoroti berfokus pada pembahasan panggilan gereja yang butir ketiga, yaitu bersaksi dalam bahasa Yunani disebut marturia. Munculnya
gereja-gereja di seluruh dunia ini tidak
terlepas dari setelahnya bersaksi atau biasa disebut
dengan hasil pelayanan penginjilan.
Kegiatan penginjilan
adalah satu hal yang paling sentral dan penentu adanya
gereja melalui suatu persekutuan oleh jiwa-jiwa petobat dalam pelayanan yang bersaksi
tentang Injil pertobatan dan jalan keselamatan dari Allah. Namun
satu yang sebelum menjalakan
penginjilan itu, terlebih dahulu
kita sendiri tahu dasar dari penginjilan
itu atau bersaksi itu apa, yakni
berpijak iman dan pengalaman bersama Kristus yang sudah apa yang kita meyakini
terlebihi dahulu.
Dasar kesaksiannya pada amanat Tuhan Yesus Kristus. Ia memberikan pesan Amanat Agung untuk bersaksi
atau berpenginjilan dan memberitakan tentang kabar keselamatan kepada semua bangsa dan
membaptiskan dan
mengajarkan Firman Tuhan. Setelah
Yesus berpesan untuk menyampaikan Injil pertobatan dan berita keselamatan
kepada dunia, kemudian melengkapi mereka dengan kuasa-Nya, yaitu kepenuhan kuasa Roh Kudus sesuai dengan janji-Nya (Lukas 24:49). Roh Kudus dalam bahasa Ibrani disebut Ruah, dalam bahasa
Yunani pneuma
yang memiliki arti yang sama, yaitu roh
dan angin. Kalau kita menenggok ke
belakang sejarah awal mulanya masa pelayanan para rasul, mereka memulai
pelayanan sesudah menerima
kuasa Roh Kudus yang dijanjikan,
barulah mereka bisa pergi untuk wartakan
Injil tentang Kristus dengan berani (Kis 1:8). Roh
Kudus adalah unsur pokok yang mengerakkan, menuntun, memimpin, melaksanakan dan
menghasilkan buah-buah pertobatan dari kesaksian Injil Kristus. Iman dan
penyerahan total kepada Kristus standar dasar untuk kepenuhan Roh Allah, supaya
dapat memaksimalkan dalam pelayanan menjangkau jiwa-jiwa bagi kemuliaan Kristus
(Roma 8:16a).
Jadi untuk bersaksi atau penginjilan kita
harus melawati tahap-tahap yang ada diatas
untuk kita dapat menjadi saksi Kristus yang sejati. Kenapa demikian, karena berdasarkan
legalitas sejarah gereja mula-mula, yakni pada saat murid-murid Kristus
bersaksi setelah mengalami atau menerima kuasa Roh Kudus. Dengan kuasa-Nya mereka berani bersaksi. Sehingga
pelayanan
penginjilan mereka menjadi maksimal sebagaimana
setelah mengalami kepenuhan Roh Kudus di kamar loteng Yerusalem pada momentum setelah
perayaan hari raya Paskah (Kis
2:1-13). Ketika
Roh Kudus tercurah maka telah
lenyap rasa malu dan ketakutan yang menghantui karena kuasa
Allah bekerja (Kis 2:2-13).
Oleh ilhami kuasa Allah, tanda-tanda heran pertama adalah
berbagai suku bangsa yang datang dari berbagai wilayah dapat mendengarkan dalam bahasa asal mereka masing-masing. Semua orang yang
berkumpul menghadiri perayaan Paskah mendengar itu menjadi heran
akan kejadian itu. Lalu rasul Petrus bangkit berdiri dari antara kolega lainnya dan bersaksi akan
nama Tuhan dengan berani dan berwibawah. Dalam Alkitab telah
menceritakan bahwa pada hari itu juga tiga ribu orang bertobat oleh kesaksian yang disampaikan oleh
petrus yang penuh dengan Kuasa Roh Kudus (KPR 2:14-40). Para murid yang lain juga pergi bersaksi dengan Kuasa Roh Kudus, tanda-tanda heran menyertai pelayanan mereka dan menuai banyak jiwa-jiwa bagi kemulian Yesus Kristus
(Markus 16;17).
Oleh sebab itu, untuk kita sebagai orang-orang percaya yang
hidup di era modern ini kita patut dapat contoh
dari pola
pelayanan penginjilan yang di lakukan oleh rasul dan murid Tuhan Yesus pada awal gereja mula-mula. Supaya
pelayanan
yang kita lakukan penuh dengan
kuasa dan berbuah, sebagai mahasiswa yang sedang menempu pendidikan sekolah
teologi kita harus belajar dari teladan iman dan pengalaman pelayanan para
pekerja Tuhan masa lampau seperti dijelaskan di atas (Ibrani 11). Bagaimana pun
juga kita hamba-hamba Tuhan yang
sedang menyiapkan diri untuk menjadi pelayan Kristus, kita harus dengan sepenuh
hati penyerahan total seperti 11 Murid Kristus di kamar lote di Yerusalem
berlutut berdoa menantikan urapan Roh Kudus sebelum memulai pelayanan pekerjaan
Tuhan (Roma 12:1). Tidak akan efektif jikalau kita belum menyerahkan sepenuhnya
kepada Yesus dan menerima urapan Roh Kudus dalam pekerjaan misi ini. Mempersingkat
kata bahwa, kita ini dipanggil untuk melayani Tuhan (Efesus 2:10). Sebabnya, sebelum
pergi untuk memberitakan Injil Yesus
Kristus, terlebih
dahulu diusahakan harus
dipenuh oleh Kuasa Roh Kudus, guna
akan maksimalkan
dalam menjalankan pelayanan di ladangnya
Tuhan yang Tuhan percayakan kepada kita sejak sebelumnya (Roma 8:16a). Ketikan kita
sudah dipenuhi oleh Kuasa Roh Kudus, maka
pelayanan kita tidak
akan biasa-biasa. Melainkan, akan
menjadi luar biasa dan kita akan disebut orang-orang yang membawa
kebangunan rohani di tanah Papua, Indonesia, sampai ke seluruh
dunia. Karena, kuasa Allah yang maha tinggi, Allah itu sendiri
tinggal di dalam kita, penuhi kita
dengan kuasa-Nya, hingga sampai
memimpin kita sepanjang kehidupan
pelayanan berjalannya (Matius 28:20). Bahkan ketika kita sudah meninggalpun juga, tetap semangat pelayanan visi Yesus untuk keselamatan kepada
semua orang itu tetap hidup dan bergema di tanah Injil West Papua (Ibrani 11:4-12).
KEWASPADAAN SEORANG PENGINJIL
Dalam semangat pelayanan penginjilan masa kini ada banyak orang yang mulai membatasi pekerjaan Kuasa Roh
Kudus dengan menggunakan kemampuan
intelektualitas dengan cara mereka mengatur-gatur menurut
kehendak manusia. Mengantalkan pemahaman logika dan nalar manusia adalah
bukanlah jalan yang menuruti tuntunan Allah Roh Kudus ketika seorang itu sungguh-sungguh tidak menyerahkan
sepenuhnya kepada Yesus Kristus (1 Korintus 1:20). Tipe pelayanan demikian
seringkali pelayanan mereka tidak maksimal. Pokok penekanan sebagai pelayan Allah adalah
terlebih dahulu seorang yang sudah memastikan kehidupannya di dalam Kristus.
Sebelum menjadi pewarta Injil, ia telebih dahulu seorang beriman dan mengalami
Kristus secara individu. Sehingga Injil yang diwartakan adalah apa yang ia
sendiri beriman dan pengalaman imannya (Ibrani 11:1-3).
Akan
tetapi, pada nyatanya saya melihat kebanyakan para
mahasiswa dibentuk di sekolah-sekolah teologi telah diajarkan bahwa mereka harus pintar secara akademik. Arahan dan bimbingan seperti ini sangat baik kalau
disertai juga dengan melatih mahasiswa supaya mereka terpenuhi dengan kepenuhan Roh Allah
setiap saat dalam hidup maupun pelayanan.
Hal ini memerlukan keteladanan sebagai seorang pengajar. Hanya berkata-kata
tanpa keteladanan sulit membentuk integritas seorang hamba Allah. Di pihak
mahasiswa adapun probabilitasnya sudah penuh Roh Kudus namun secara implisitnya belum wujud nyatakan. Hal ini menurut saya karena belum
tersampai waktunya untuk nyatakan karunianya. Karena itu, tugas seorang
pengajar selain membekali ilmu pengetahuan, sangat perlu juga meneladani
bagaimana mempersiapkan diri agar kelak menjadi seorang penginjil yang akan
dipakai oleh Tuhan di lapangan pekerjaan Tuhan. Seringkali karena antalkan
kemampuan pengetahuan belaka saja, tidak berhasil dalam pelayanan. Sebab ketergantungan
kita kepada satu oknum yang diluar dalam diri kita, yakni Roh Kudus yang
menjadi penopang dalam pekerjaan pelayanan. Sehingga apabila kita mengantarkan
sesuatu yang bukan berasal dari Allah, dalam pelayana di hari-hari ini terasa seperti biasa-biasa, tidak menghasilkan buah pada era modern ini.
Menurut
hemat iman saya, secara tegas menyatakan bahwa Firman Tuhan yang kita
pegang sudah lengkap dari kejadian sampai wahyu. Allah Roh
Kudus yang bekerja dalam diri para rasul pada gereja mula-mula masih terus bekerja, menjadi saksi setia sampai pada dewasa ini. Sesuai pengamatan saya dewasa ini, ada
apa dengan gereja zaman ini yang tidak lagi menampilkan kuasa Allah
yang dasyat sebagaimana
peristiwa dalam moment sesudah
Paskah yang dialami oleh para rasul (Kis 2;1-13).
Semangat itu harus dihidupkan.
Karena
itu, sebuah pertanyaan serius yang perlu dijawab dalam paper ini adalah,
sesungguhnya apa yang membuat gereja kekinian tidak mengalami pekerjaan Allah yang
dasyat itu? Untuk menjawab
pertanyaan ini, ada beberapa hal yang menyebabkan pelayanan
dewasa ini tidak maksimal
mencakup; (1) Penginjilan dilakukan dengan kehendak diri sendiri bukan
atas dasar tuntunan Roh Kudus, (2) Belum
menerima Roh Kudus dalam diri pribadi
sebagai calon penginjil itu sendiri. (3) Tidak mau bertindak dengan iman, (4) Penginjil itu tinggal di zona
nyaman/kenyamanan hidup, (5) Pikir
tentang alat transportasi untuk penginjilan. (6) Diri penginjil itu belum bertobat atau
masih terbuai dalam dosa, (7) Tidak ada semangat penginjilan dalam diri
penginjil, (8) Tahu
tentang kebenaran namun tidak beritakan
(9) dsb.
Beberapa
hal inilah yang saya merasa bahwa yang mempengaruhi bagaimana
Tuhan tidak bekerja dalam pelayanan penginjilan yang dilalukan oleh seseorang mahasiswa teologi dalam menjalankan pelayanan penginjilan.
KEWAJIBAN SEORANG PENGINJIL
Pada
bagian ini, saya akan memberikan sebuah pikiran tentang hal-hal apa
saja yang harus ada dalam diri seorang penginjil dalam menjalankan penginjilan. Namun, hanya
bersifat penginjilan pribadi.
Pribadi penginjil
Dalam bersaksi, pribadi seorang penginjil atau seorang hamba
Tuhan, dirinya sendiri sudah mengalami Tuhan Yesus sendiri dalam kehidupannya
sebelum dia bersaksi kepada orang lain
(1 Yohanes 1:9). Apa yang
saya sebutkan diatas berkenaan dengan penginjilan pribadi adalah model
pelayanan Yesus pada saat masih pelayanan dibumi. Saya merasa bahwa pelayanan
secara pribadi model pelayanan Kristus sangat cepat respon oleh petobat-petobat
baru. Contoh yang saya gambarkan disini adalah Yesus dan seorang wanita bujang
di sumur Abraham di Samaria (Yohanes 4:1-45). Seorang wanita dari Samaria kehidupannya terpisah
secara budaya dan kehidupan sosialnya
antara orang Yahudi dengan masyarakat Yahudi yang diaspora. Akan tetapi,
saat setelah bertemu dengan Yesus dia mengalami perubahan hidup dari dosanya. Kemudian dibuka dan dia mendapat
anugerah dari Allah. Setelah percaya bahwa orang yang berbincang-bincang
dengannya bukanlah seorang manusia biasa, maka wanita itu percaya bahwa orang
itu ialah Kristus yang dijanjikan sejak para nenek moyang kala dulu itu.
Setelah ia percaya kemudian wanita ini menjadi agen bagi orang lain juga supaya
datang percaya kepada Kristus.
Satu
kisah lain yang menarik disini ialah dimana Petrus yang selama sehari penuh
tidak mendapatkan Ikan, dengan sepenuh hati percaya dan turuti atas perkataan
Yesus tanpa ragu-ragu, akhirnya panen banyak ikan diluar dari ekspektasinya.
Sehingga Petrus percaya dan menyadari bahwa orang yang perintahkan untuk
membuang pukat atau noken menjala ikan ke samping adalah seorang Mesias. Bagi orang lain sudah bosan
karena sudah gagal menjaring ikan, tetapi Petrus tetap
mengikuti apa yang Tuhan Yesus katakan.
Akhirnya mukjizat
Tuhan terjadi, ikan
begitu banyak sehingga memerlukan
pertolongan oleh sekawan
nelayan yang sedang berada di perahu lain untuk mengangkat banyaknya Ikan itu. Ketika Petrus melihat semua itu terjadi, kemudian ia berkata kepada Tuhan Yesus, guru pergilah daripadaku sebab aku ini orang berdosa. Pengakuan dari diri Petrus bahwa dia seorang berdosa dan dia tidak pantas dekat dengan Tuhan yang kudus. Namun, Tuhan
yang dengan penuh kasih memanggil Petrus. Kisah ini mengambarkan bagaimana seorang
mau menjadi penginjil pribadi dia harus menagalami Tuhan Yesus lebih dulu.
Mempersiapkan
Seorang Penginjil
Pada
bagian ini, saya akan menjelaskan secara eksplisit langka-langkah kongrit yang
harus terpenuhi oleh seorang calon penginjil.
1. Menerima Kuasa Roh Kudus
Seorang hamba Tuhan yang paling pertama
harus menerima kuasa Roh Kudus secara
pribadi bagi seorang calon penginjil. Tahap kepenuhan Roh Kudus ini satu
paket dengan penginjilan karena dalam Firman Tuhan berkata; tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan
diseluruh Yudea dan Samaria dan sampai
ke ujung bumi (Matius 28:18-21). Itu pesan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya untuk pelayanan penginjilan. Karena itu, saya ingin menegaskan bahwa
sebelum menjalanakan pelayanan penginjilan, terlebih dahulu secara pribadi harus
menerima kuasa Roh Kudus dulu.
2. Memiliki Buah
Roh
Dalam menjalankan pelayanan penginjilan
pribadi kita juga harus memliki karakter seperti Tuhan Yesus yang penuh kasih.
Dan itu kita bisa nyatakan ketika hidup kita memancarkan buah-buah Roh Kudus
yang terdapat dalam Galatia 5:22-23. Karena salah satu khotbah yang hidup itu
melalui sikap dan prilaku dipertunjukkan
melalui kehidupan
sehari-hari di tengah kemasyarakatan. Sesuai teladan Kristus sendiri, dimana saat
Dia
tidak hanya mengajarkan tentang kasih tapi dia juga melakukan kasih itu sendiri dalam Salib-Nya. Ketika mengalami campuk dan beban salibnya
tidak membalas. Dia tidak mengajarkan kasih tetapi Dia sendiri adalah
kasih itu sendiri. Inilah kasih itu, bukan kita yang mengasihi Allah tetapi Allah yang
terlebih dahulu mengasihi kita
karena Allah adalah kasih (1
Yohanes 4:10).
3. Memiliki karunia Roh
Tuhan Yesus memberikan kita karunia untuk
melayani dan menjadi saksi bagi
Kristsu (1 korintus 12:11).
Karunia adalah anugerag Kristus yang diberikan kepada pelayan-Nya supaya dapat
dipergunakan dalam pelayanan untuk kemuliaan Kristus. Sebabnya, karunia ini
dipergunakan sesuai dengan rencana Allah. Kita sebagai pelayan Allah memohon
agar memiliki salah satu karunia untuk memperlengkapi dalam pelayanan
pemberitaan Injil kepada dunia.
4. Bertindak
Dengan Iman
Setelah semua yang dijabarkan diatas, terakhirnya seseorang mau melakukan penginjilan pribadi
dia harus bertindak dengan iman (ibrani
11:1). Maka, semuanya akan terlaksana dalam pelayanan sesuai dengan janji Firman Tuhan yang berkata segala sesuatu harus dilakukan
dengan iman.
KESIMPULAN
Sesuai
dengan uraian berhubungan dengan cara praktis menjadi seorang penginjil di atas
ini, saya dapat menarik kesimpulan bahwa menerima Kristus secara pribadi,
mengalami kepenuhan Roh Kudus dan memiliki sifat dan perilaku yang baik adalah
kemutlakan bagi seorang calon pewarta Injil dewasa ini. Dalam tulisan ini fokus
saya pada menjadi seorang handal yang dikenankan Tuhan untuk menjadi penginjil
bebas.
Semoga dengan adanya tulisan ini dapat
membantu teman-teman-ku para mahasiswa dan mahasiswi pada
Sekolah Tinggi Teologi Walter Post Jayapura supaya dapat menjalani penginjilan pribadi untuk selamatkan
jiwa-jiwa bagi kemuliaan Kristus.
Membebaskan lebih banyak orang dari dalam tawanan dosa dan memperluas
kerajaan Allah. Kita adalah oknum yang ditentukan Allah untuk menuai di
ladangnya yang sudah menguning yang sudah siap untuk di tuai. Hormat dan kemuliaan bagi Allah ditempat Mahatinggi dan damai sejahtera
dibumi di antara orang yang berkenan kepada-Nya. Amin.
Sentani 11,03,2024
Otto
Geissler Gobay
Komentar
Posting Komentar