Reflekasi Keturunan Roh Kudus

REFERENSI MOMENT PERINGKATI KETURUNAN ROH KUDUS

[Komparasi Dan Sintesis Keturunan Roh Kudus Dan Tahun Yobel Ke-50 Tahun]

Oleh Hengki Wamuni

Abstrak

Pemaknaan tahun Yobel ke-50 dibandingkan dengan keturunan Roh Kudus adalah bentuk wujud nyata kebenaran itu telah melepaskan orang dari ikatan keberdosaan, menyatakan kebebasan dan Kristus telah membuka jalan sehingga manusia bisa menjadi benar di hadapan Allah melalui pengakuan akan Kristus yang adalah pembebas dan penyelamat umat manusia yang mengembalikan jalinan semula antara manusia dengan Allah. Dan Ia telah memberikan jaminan hidup yang kekal bagi orang percaya (Yohanes 14:1, 16:8).

Kata Pokok: Tahun Yobel ke-50, Roh Kudus, Kristus dan Pembebasan atau Keselamatan.

KATA AWALAN

Dewasa ini jika kita amati baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting seputar perbandingan keturunan Roh Kudus dengan tahun Yobel ke-50 hari mengandung arti yang mendalam dan terpenting. Setiap peristiwa ada artian tersendiri sesuai dengan tujuan dan maksud dari pelaksanaan kegiatan tersebut yang direncanakan maupun peristiwa kosmik atau spontan pada moment-moment tertentu. Setiap peristiwa tersebut tidak terjadi begitu saja, ada arti yang terselubung yang menyatakan kebenarannya yang transendensi dalam dunia nyata lewat peristiwa sekalian juga peristwa rohani perwujudan kebenaran tersebut dalam wujud nyata. Dengan demikian, apabila kita intensitas mencari tahu tentang dua peristiwa ini ada kaitan satu dengan yang lain dan dua peristiwa ini sama-sama terpenting. Kaitan dan terpenting karena peristiwa rohani (keturunan Roh Kudus) itu terjadi pada waktu yang terpenting bagi orang Yahudi, maka mengandung makna kebenaran terselubung yang nyatakan kepada seluruh warga hadirin dalam acara akbar tersebut. Dari sini jelas pemaknaan pesan Kristus bahwa “Jangan meninggalkan Yerusalem” itu terjadi. Tetapi tentang hal ini lebih jelas kita akan melihat pada pemaknaan pesan Yesus “jangan meninggalkan Yerusalem”.

Rasa momen itu terpenting bagi banyak orang, maka tidaklah pantas terjadi dalam tengah segelintir orang saja. Membutuhkan waktu yang lama menunggu puncak pelaksanaan kegiatan akbar tersebut, supaya peristiwa penting itu disaksikan oleh semua umat manusia. Kebenaran dan keselamatan itu disediakan tidak diperuntukan hanya bagi satu suku bangsa atau dari status tertentu secara institusi keagamaan yang ketaat kaum klerus. Melainkan, Dia menyediakan keselamatan itu untuk semua suku bangsa di bumi tanpa pandang status, identitas maupun kelas sosial secara komprehensif. Kebenaran itu adalah Kristus dan Ia telah membuka jalan bagi kita supaya kita bisa menjadi benar dalam pandangan Allah melalui pengakuan akan Kristus. Roh Kudus menjadi pelaku utama dalam pengembangan dan penyebaran gereja. Roh Kudus itu Allah yang menolong manusia, menyadarkan kita manusia di bumi tentang pemikiran kita yang salah tentang tiga hal. Yang pertama, tentang dosa: Dia akan menyadarkan kita akan dosa dan kesalahan kita, kalau tidak sungguh-sunggu mengakui Kristus sebagai juruselamat umat manusia. Kedua, tentang cara menjadi orang yang benar di mata Allah: Karena Kristus pergi kepada Bapa dan tidak akan melihat Dia lagi, Roh Kudus (Penolong) itu akan menyadarkan bahwa Kristus sudah membuka jalan sehingga manusia bisa menjadi benar dalam pendangan Allah. Dan yang ketiga, tentang pengadilan terakhir: Dia akan menyadarkan orang-orang di dunia ini bahwa pengadilan terakhir pasti akan terjadi (Yohanes 16:8-11). Melalui pengorbanan dan kemenangan Kristus melalui kebangkitan dan naik ke sorga sekarang sudah dinyatakan bahwa Iblis, penguasa dunia ini sudah dinyatakan bersalah dan mengalahkannya Kejadian 3:15; Yesaya 53; Yohanes16:11). Dengan kasih suka cita itu sekarang melimpahkan atas orang-orang yang Dia mengasihi agar ikuti teladan Kristus mengalahkan dunia. Sukacita itu didampakan bukan saja pada waktu kesudahan tetapi wujudkan dalam pelayanan dini memenangkan jiwa bagi Kristus melalui pelayanan dalam penyertaan Kristus melalui tuntunan kekuatan Roh Kudus (Kisah Para Rasul 1:8).

KONSEP TAHUN YOBEL KE-50.

Kamu harus mengkhususkaan tahun yang ke lima puluh itu, dan mengumumkan kebebasan kepada seluruh penduduk negeri. Dalam tahun itu segala harta milik yang sudah dijual harus dikembalikan kepada pemiliknya yang semula atau kepada keturunanya. Siapa yang dijual sebagai budak harus dikembalikan kepada keluarganya (Imamat 25:10).

Bangsa Israel orang Ibrani menjalani tahun ke lima puluh sesudah tujuh tahun sabat. Tujuh minggu Sabat mulai terhitung dari mulai paskah hingga hari raya Pentakosta (hari ke lima puluh, menurut arti kata pentakosta). Tahun sabat yang ketujuh sebagai penghormatan untuk memuliahkan hari perhentian Allah pada hari ketujuh dari karya penciptaan. Pengumuman peringatan hari sukacita-Tahun Sabat Ke Tujuh dinyatakan lewat bunyi trompet di mana-mana di seluruh negeri sebagai pernyataan kemerdekaan memberi tahu tentang hari raya sebagai mengungkapkan rasa sukacita dengan bersorak-sorak menyambut tahun tersebut.

Definisi Yobel.

Kata Yobel, sekalipun tidak di ketahui pasti, akan tetapi Yobel atau Yubile yang dipahami arti sebagai suatu bunyi sangkakala (trompet) tertentu yang dibedakan dari bunyi sangkakala lain[1]. Akan tetapi yang terpenting adalah apa tujuan utama dari perayaan tersebut. Sebab itu, pemaknaan perayaan lima puluh tahun dipahami sebagai hari kemerdekaan dan kebebasan bagi orang-orang budak atau tawanan, pelepasan utang piutang, pengembalian tanah-tanah yang beralih kepada orang lain selama masa penjajahan itu dikembalikan kepada pemiliknya, menyatakan kesetaraan, penghapusan perbudakan dan kemiskinan. Dengan demikian, tahun Yobel merupakan tahun sukacita bagi penyandang sosial, miskin dan hamba.

Setelah bangsa Yahudi berada dalam perhambaan dosa struktural maupun dosa sosial, mendengarkan bunyi trompet merupakan hari berakhirnya penindasan, maka menyambutnya bunyi itu dengan suara kegirangan dan suara sukacita kebebasan (Mazmur 51:10). Kini siapa yang berdamai dengan Allah, maka kebebasan diberikan. Sebab, penghapusan kesalahan diperlukan melalui pengakuan akan Kristus sebagai Tuhan yang beri membuka jalan masuk bagi semua penghiburan yang sejati (Roma 5:1-2). Tahun Yobel juga merujuk kepada nubuatan tentang Tuhan Yesus, bahwa Ia harus memberitakan tahun rahmat Tuhan (Yesaya 61:12). Pengutusan itu keberlanjutan sampai Yesus pun mengutus para murid dan gereja sekarang untuk menyatakan Injil yang Kekal itu, yang hendak mereka beritakan kepada segala makhluk (Markus 16:15). Injil itu mampu menembus segalah tempok budaya, ekonomi politik dan hegemoni pandangan dan pengetahuan yang memandang yang lain lemah dan bodoh (Ibrani 4:12-13). Injil juga memberikan kebebasan kepada segala bentuk penindasan oleh sistem kasta maupun rasisme yang merendahkan identitas suku bangsa yang meningkatkan kesenjangan sosial (Lukas 4:18-19). Karena di muka bumi ini tidak ada yang kenal dengan superioritas dan inferioritas dalam pendangan Allah. Lalu Allah melihat segala yang diciptaanNya dan Ia berfirman “Sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Dengan demikian kini rahmat Tuhan telah sampailah kepada kita, maka perlu pengakuan sebagai membuka jalan masuk bagi semua penghiburan. Sukacita itu telah terpenuhi ketika Allah telah menguduskan dan membenarkan kita. Yesus itulah sukacita kita. Ia telah membuka jalan bagi kita sehingga kita bisa menjadi benar dalam pandangan Allah melalui iman kepada Yesus. Sebab Dia adalah jalan, kebenaran dan Hidup. Kita tidak akan sampai kepada jalan keselamatan Allah dengan usaha sendiri, tetapi kita akan sampai kepada keselamatan oleh Allah melalui Yesus Kristus. Karena Dia telah membuka pintu gratis bagi setiap orang yang mau menerima Kristus sebagai Tuhan dan pengudus serta pembenaran kita (Yohanes 14:6).

ARTI DI BALIK PERINTAH PENANTIAN PEMENUHAN ROH KUDUS DI YERUSALEM

Pemaknaan pesan Kristus kepada murid-murid-Nya supaya tidak boleh meninggalkan Yerusalem mengandung arti yang dalam dan luas. Terutama arti dari Yerusalem dimaknai sebagai kota yang terpenting dan bersejarah bagi tiga agama besar di dunia, yakni Agama Yahudi, Islam dan Kristen. Mereka mengakui warisan moyang mereka dengan versi sejarah masing-masing tentang kaum yang menerima konvensi Allah tentang keturunan dan tanah perjanjian serta nubuatan. Jikalau mengulas dari awal hingga pembangunan Bait Allah di Yerusalem sangat panjang sekali. Sebab itu penulis singkat menelaah abstraksi bagian yang penting-penting saja. Alasan saya harus menjelaskan dari awal sejarah ini, dengan alasan karena hanya sebutan saja atau mengali sebuah arti dari sebuah kota tanpa mengalih perjalanan panjang hingga titik temunya, maka nama saja tidak berdasar pemaknaannya. Sebab, Yerusalem tidak terlepas dari kisah perjalanan panjang itu dari kehidupan bangsa Israel hingga inkarnasi Kristus sampai pada keturunan Roh Kudus.

Setelah manusia menciptakan cerita yang menonjol dalam kitab Kejadian adalah Allah dapat berkomunikasi dengan manusia. Dan persekutuan ini telah dihancurkan oleh ketidaktaatan manusia pertama Adam dan Hawa. Sekalipun manusia memperontak otoritas Allah, tetapi Ia terus berkomunikasi dengan manusia dalam berbagai bentuk penyataan baik dalam kitab perjanjian lama. Kebaktian pengorbanan seekor binatang merupakan indikasi komunikasi Allah dengan manusia. Korban binatang pertama telah dipraktekkan oleh Tuhan, Allah untuk menutupi ketelanjangan mereka. Peristiwa itu sejarah keselamatan Allah bagi manusia. Tidak ada keselamatan kalau manusia itu baik-baik saja tanpa noda keberdosaan. Tetapi keselamatan itu disediakan dan dibutuhkan karena manusia telah jatuh ke dalam dosa. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa tidak ada pikiran untuk berusaha mencari keselamatan dirinya. Allah memprakarsai keselamatan itu melalui pengorbanan seekor binatang, dan kulitnya membuat pakaian bagi manusia. Oleh sebab itu, dari generasi Adam sampai sebelum Yesus lahir pengorbanan seekor binatang dimaknai sebuah arti penting dalam agama orang Ibrani-Yahudi berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Pengorbanan seekor binatang merupakan sebagai simbol mengantikan dirinya atas tingkah laku dan sikap hidup yang salah di hadapan Tuhan semesta sebagai tanda peringatan akan dosa-dosanya. Generasi Adam sampai sebelum Musa belum menerima aturan resmi tata pelaksanaan kegiatan peribadatan. Upacara pengorbanan dilaksanakan dimana tempat yang diiginkan, baik di rumah atau tempat lain sesuka hatinya. Peternakan juga identik dengan suku bangsa Ibrani dan mereka memiliki keahlian dalam peternakan berbagai jenis hewan. Kegiatan kebaktian sebelumnya mereka hanya kenal itu dalam bentuk persembahan hasil pertama baik hewan maupun jenis hasil tanaman, kurban dan ukupan sebagai pengucapan syukur atas kemurahan dan kebaikan Tuhan yang mereka merasakan dan sebagainya.

Maka Allah berkehendak untuk membangun satu persekutuan kudus, imamat yang rajani, dengan memilih Israel menjadi harta kekayaan di antara suku bangsa lain di bumi (Keluaran 19: 5-6). Mengikat perjanjian ini, Tuhan, Allah berfirman “Jikalau kalian taat kepada perintahKu dan berpegang kepada perjanjian-Ku”, lalu memberikan peraturan hukum Allah, hukum peribadatan dan hukum Sipil  (Keluaran 20 - 30). Disinilah menetapkan suatu aturan kebaktian secara resmi, membangun sebuah mesbah untuk persembahkan sapi, domba, kambing dan lain-lain sebagai kurban bakaran serta kurban perdamaian, dimana tempat yang ditentukan Allah sendiri. Terutama Allah memperingatkan dan melarang keras penyembahan berhala dan patung-patung pahatan manusia. Sebab apa yang bangsa-bangsa lain menyembah allah yang tidak mereka kenal dan tidak dapat bergerak, yang dibuat oleh tanggannya sendiri. Allah menyuruh Musa membangun Mesba sebagai tempat perjumpaan Allah dengan manusia. Konstruksi banggunan diperintahkan oleh Allah langsung.

Pada awalnya bermula dari panggilan Abram dari tanah Ur-Kasdim keluar ke tanah Kanaan (Kejadian 12:1). Setelah mereka tiba di More di bawah pohon yang dianggap keramat. Kemudian dari tempat itulah Abram menerima perjanjian tanah menjadi pusaka keturunannya. Tempat Tuhan menampakkan diri itu Abram mendirikan sebuah Mesbah dari batu dan mempersembahkan kurban kepada Allah (Kejadian 12:7). Perjanjian itu terus berlanjut dari Ishak, Yakub dan  sampai 12 keturunan Israel (Yakub). Berdasarkan dengan perjanjian itu, maka Tuhan terdengar tangkisan dan jeritan bangsa Israel dalam perbudakan di tanah Mesir. Sebab itu, Ia mengutuskan seorang pembebas bagi bangsa Israel untuk memimpin keluar mereka dari tanah perbudakan menuju ke tanah Perjanjian-Kanaan dalam pengawasan dan perlindungan Tuhan sendiri. Masa kejayaan bangsa Israel dalam kepemimpinan Daud raja Israel besar kedua, mempunyai Visi untuk membangun bait Allah, tetapi rencana itu digagalkan terjadi masa kepemimpinanny karena tangan menumpahkan darah banyak orang. Maka rencana itu dialihkan kepada anak dari keturunannya. Salomo raja Israel besar yang ketiga inilah yang akhirnya merealisasikan Visi ayahnya mengenai rencana pembangunan Rumah Allah di tengah bangsa Israel. Dan Yerusalem menjadi pusat kegiataan keagamaan dan politisi bangsa Israel. Bangsa Israel semua menuju ke pusat untuk melakukan kegiatan bakti keagamaan. Yerusalem adalah tempat di mana semua bangsa menuju ke pusat untuk menghampiri takhta Allah dengan melaksanakan ritual keagamaan yang dipimpin oleh Imam-imam Allah. Baik hari keagamaan nasional maupun pelayanan rutinitas lainnya semuanya menuju ke pusat (Sentripetal) Yerusalem Bait atau Rumah Allah.

Pemaknaan Yerusalem?

Dalam bagian ini saya tidak bermaksud menjelaskan sejarah dan pemaknaan Yerusalem, sekalipun pemaknaan itu penting dalam artian tertentu, baik secara geografis maupun arkeologi. Tetapi mulai bahas Yerusalem itu dipahami sebagai kegiatan keberlanjutan dari kemah suci yang dipersiapkan tempat meletakkan tabut perjanjian yang berisi dua hukum, yaitu perintah Allah dan hukum sipil.

Pra-Israel memasuki tanah Kanaan, mereka mendapat Yerusalem di bawah kekuasaan bangsa Sem, pribumi. Setelah memasuki  tanah Kanaan Yosua tidak menduduki Yerusalem, tentu karena kota itu kuat. Tetapi setelah Daud menjadi raja, ia berhasil merebut Yerusalem. Ia memberkuat kubu pertahanan kota itu dan membangun istana raja bagi dirinya. Ia menempatkan Tabut Perjanjian ke ibu kota yang baru itu. Daud memilih kota yang netral ini sebagai ibu kota ideal, sehingga dari sana ia memerintah baik utara maupun selatan dalam kesatuan religius dan politis. Raja Salomo melanjutkan pembangunan kubu pertahanan dan karya terbesar, ialah Pembangunan Bait Suci lalu diletakkan Tabut Perjanjian Allah yang berisi dua loh batu dalam rumah yang baru dibangun. Sejak itu, Yerusalem sebagai pusat kegiatan keagamaan dan politik. Seringkali makmur dan berulang kali diserang oleh invasi musuh sebagai akibat dari ketidaktaatan mereka kepada Tuhan. Konsekwensinya bangsa Israel bersama raja ditaklukkan dalam invasi Nebukadnezer, raja Babel pada tahun 587 sM. Kehancuran itu diikuti oleh kedurhakaan raja dan bangsa Yahudi atas ketidaksetiaan mereka atas perjanjian untuk menaati Allah. Sehingga pendurhakaan itu mebangkitkan amarah Allah dan hukuman, akhirnya kemuliaan Yerusalem masih tersempunyi tapi akan nyatakan kelak.

Tidaklah penting mendetail kesejelasan mulai dari arkeologi dan geografis ataupun makna harafia dari Yerusalem. Tetapi Yerusalem mempunyai peranan teologis yang sangat penting. Bahwa Yerusalem adalah tempat pilihan Allah dan hadirat-Nya, perlindungan dan kemuliaan-Nya. Oleh sebab itu, Yerusalem merupakan gambaran ideal dari kota Yerusalem baru yang kelak akam myatakan.

Oleh sebab itu, relevansi dengan Yerusalem dengan peristiwa keturunan Roh Kudus merupakan pernyataan kasih Allah berdasarkan hikmat dan kehendak tertinggi-Nya, ketika manusia gagal mencapai kehendak kekudusan Allah. Ia mau Visi-Nya memulai dari satu keturunan tetapi rencana itu tidak terwujud. Keselamatan itu mereka terbatas pada dirinya sendiri dengan pemahaman harafiah dari arti pemilihan tersebut. Pemahaman tersebut terbukti melalui penyaliban Kristus di Kayu salib sebagai seorang penjahat oleh siasat strategis para klerus Yahudi, melalui serdadu (tentara/pasukan tentara) Romawi. Tampaklah mengakhiri sebuah saingan kompetitif memperjuangkan atau menyatakan kerjaan Allah dalam kekalahan yang fatal menurut ukuran bangsa yang telah merancang dan menimpahkan nasip tersebut. Akan tetapi secara paradoksal tampak rupa buruk telah mengerjakan kemenangan dan kemerdekaan untuk memikul dan menanggung beban berat dosa dan kesalahan kita (Yesaya 53). Sesungguhnya Tuhan menghendaki hamba-Nya itu seperti sebuah tunas baru yang tumbuh di tanah kering. Sebenarnya penyakit kitalah yang ditanggungnya, segsara kitalah yang  deritanya. Ia dilukai karena dosa-dosa kita, dihukum karena kejahatan kita supaya kita diselamatkan. Maka dengan itu, Ia telah menyembuhkan penyakit dosa-dosa kita. Ia terhitung di antara penjahat, sekalipun tudingan mereka tidak terbukti jelas. Itulah Ia mengantikan seluruh pemperontakan dan dosa kita umat manusia untuk kemuliaan diri-Nya sebagai domba  menyerahkan diri-Nya sebagai kurban penghapusan Dosa. Akhirnya melalui penderitaan dan kesengsaraan-Nya, Ia akan bahagia dan puas menyenangkan hati Bapa kembali merebut jiwa yang tersesat dengan mengalahkan (meremukkan) atau mematikan kepala para penjahat, yaitu si pembohong dan pendurhaka manusia (Kejadian 3:15).

Mengenapi Janji Kristus Di Yerusalem

Tentu dalam penelaahan ini akan menganalisis makna yang terkandung dari perintah untuk tidak membolehkan meninggalkan dari Yerusalem. Maka, saya akan menjelaskan analisis dari dua perspektif antara fisik dan rohani.

1. Perspektif Fisik.

Yesus memberikan penguatan dan membangkitkan harapan mereka dari ancaman fisik dari musuh mereka.

Para murid-murid menyaksikan berbagai peristiwa yang telah di alami oleh guru mereka, kekwatiran menghantui akan nasip hidup mereka. Sebagai manusia tentu mereka kehilangan harapan dan berputus asa. Mereka selalu berkumpul satu tempat dan bersempunyi diri, jangan sampai gelompolan tentara romawi datang untuk membantai mereka. Oleh sebab itu perintah (Jangan meninggalkan Yerusalem) itu kelanjutan dari serangkaian kegiatan yang Yesus lakukan untuk menguatkan dan membangkitkan harapan kepada mereka sesuatu yang lebih besar. Sekalipun makna kebangkitan Kristus mengandung pegesahan (legitimasi) dan membenarkan (Justifikasi) akan kebangkitan untuk hidup kekal setelah kematian. Namun, peristiwa ini serangkaian kegiatan untuk memberikan pengharapan dan penguatan, termasuk penampakan dan kenaikan Kristus ke Surga sampai pada klimaks keturunan Roh Kudus; memberikan keberanian, kuasa dan kemampuan menyampaikan kabar baik. Damai sejahtera Bagimu kamu, merupakan isi dari pengharapan dua dimensi antara kebenaran yang menunjukkan kepada “kebenaran yang terselubung itu sedang dan telah menapaki puncak, sehingga memberikan kemuliaan dan keselamatan bagi dunia dan 12 murid-muridNya” tetapi juga memberikan suatu penghiburan dan pengharapan hidup pada saat tengah suasana yang panik dan cemar.

2. Perspektif Rohani.

Untuk melihat tujuan yang terkandung dari perintah tersebut, terlebih dahulu kita melihat perkataan Tuhan Yesus sebelumnya mengenai pembaptisan Roh Kudus. Pembaptisan air memiliki arti sebagai tanda pertobatan (Markus 1:4). Ia menyeruhkan kepada mereka sebuah pertobatan dan meyakinkan mereka akan pengampunan dosa sebagai hasil pertobatan. Yohanes Pembaptis tambil di Galilea tanah Yudea untuk membaptiskan orang-orang Yahudi yang datang kepadanya supaya mereka mengakui dosa dan  baptiskan. Lalu Yohanes Pembaptis mengatakan bahwa; Ia akan membaptis kamu dengan Roh Allah (Lukas 3:16). Perkataan ini mensyaratkan akan Mesias yang akan segera datang. Bahwa Baptisan Roh adalah beda dari baptisan dengan air yang membersihkan kotoran sebelah luar saja. Akan tetapi pembaptisan oleh Roh Allah merupakan api yang pembersihkan hati  yang sebelah dalam untuk melelahkan yang asli sehingga kembali menjadi suatu cetakan yang baru. Roh Kudus itu akan memberikan pengertian dalam akan Firman yang tidak mampu dimengerti oleh akal budi dan kemampuan intelektual manusia, diberikan pencernahan. Lalu memberikan dorongan untuk dapat bertindak apa yang telah mengerti. Roh Kudus berperan memberikan pencerahan bekerja dalam hati dan atau pikiran untuk dimengerti kebenaran Firman Allah, tetapi juga mendukung dan memberikan kemampuan untuk bertindak sehingga Firman yang absolud itu dapat merealisasikan melalui tindakan dan teladan hidup sehingga dapat dimengerti oleh semua orang. Sehingga orang percaya sebagai surat yang dibaca oleh semua orang-garam dan terang (Matius 5:13-14).

Mereka harus menunggu sampai waktu yang ditetapkannya. Maka Roh Kudus nampak dalam bentuk angin keras dan wujud nyala api hinggap pada mereka masing-masing. Setelah Roh Kudus terpenuhi, ada beberapa aktivitas pekerjaan Roh Kudus dalam pekerjaan pergerakan  pemberitaan Injil melalui sekelompok orang bersama 12 Murid Kristus, yaitu:

3. Reaktif dan Responsibility (Keberanian).

Sebelumnya sikap para murid-murid-Nya pemalu dan Ia memilih mereka dari kelas sosial yang rendah dan tidak dapat terhitung di tengah masayarakat pada umumnya. Mereka adalah orang-orang yang tidak berpengaruh dan biasa-biasa saja. Saat setelah guru mereka-Yesus Kristus telah dihitung sebagai pemberontak yang layak mendapatkan penghinaan oleh para klerus dan serdadu romawi dan menempatkan Dia di tengah-tengah pejahat di tempat kuburan orang kaya, mereka skeptis dengan nasip dan masa depan kehidupan. Mereka bersempunyi dan suka menyendiri hindari penyerangan gerombolan musuh.

Manusia yang memiliki cacat mental dan jiwa tidak menghalangi kegiatan pencapaian target Tuhan. Tidak ada tempat Stratifikasi dan difrensiasi sosial bagi perbedaan tinggi dan rendah atau superior dan inferior dalam ukuran Allah, pemilihan dalam hal menjadi agen untuk menyatakan Visi Allah bagi dunia. Tak ada capaian klimaks hikmat Allah melalui kemampuan pekerjaan rasionalitas manusia. Ketentuan dan pemilihan Allah berdasarkan dengan tiga rangkai pekerjaan hak Allah, yakni berdasarkan dengan kebebasan kehendakNya, Keputusan dan ketentuan yang mana mengerjakan dalam suprahikmatNya (Roma 11:33; Efesus2:10).

Maka, bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul lalu berkhotbah kepada orang banyak tentang perbuatan luar biasa yang dilakukan Allah (Kisah Para Rasul 2:11, 14). Mereka menyeruhkan pertobatan dan pengampunan melalui pengakuan akan Kristus, sebagai buktinya melalui pembabtasan dalam nama Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus (Kisah 2:38-39). Akhirnya keberanian adalah aktivitas pekerjaan Allah yang telah memberanikan manusia supaya menyatakan kehendak atau maksud Allah kepada umat manusia. Karena Allah mamberikan bukan roh ketakutan tetapi Roh yang membangkitkan kekuatan, sehingga ketika Roh Allah memimpin hidup kita, tidak perlu takut (2 Timitius 1:7). Sebab pembaptisan Roh Kudus merupakan suatu puncak kelahiran kembali setelah disucikan oleh darah Yesus, dan menerima kepenuhan dan kuasaNya. Mengerakkan aliran suatu keberanian baru. Keberanian merupakan pekerjaan Roh Kudus yang memampukan mereka untuk berani menyatakan kabar baik yang mengerakkan membentuk suatu persekutuan perkumpulan orang-orang yang telah diselamatkan. Keberanian bukti dari kepenuhan Roh Kudus memimpin kepada prinsip watak Allah yang tidak dapat takut terhadap kematian dan ancaman dunia. Sebab keberanian merupakan bukti dari menerima pengharapan kepastian hidup dalam kesucian dan kuasa yang melengkapi umat orang percaya untuk bersaksi, bersekutu dan melayani untuk kemuliaan bagi nama Tuhan. Bahkan sekalipun dunia ini membenci kita karena kita bukan terpanggil (memilih) dari dunia dan dunia ini tidak mengenal kebenaran. Sebab terlebih dahulu mereka sudah membenci Kristus (Yohanes 15:18).  

Keberanian adalah tanda bentuk kasih kepada Kristus melalui ketaatan dan melakukan atas perintah-Nya. Sebab kasih itu wujud kesatuan yang berintegritas trinitas Allah, maka kesatuan itu telah menyatukan dan memimpin kepada kasih terus-menerus oleh penyertaan Roh Kudus kepada setiap orang untuk bersatu (Yohanes 14:20-21, 23). Sebab dengan kasih telah membebaskan kita dari ikatan ketakutan dan rasa malas yang menghantui. Dan Dialah iman kita, karena sekiranya iman kita yang menyelematkan, tidaklah berarti kematian Kristus. Tetapi kita adalah hasil dari iman itu, bahwa Ia yang menyediakan penerimaan iman dari pengorbanan dan pembantaian yang menanggung penghinaan dan telah menjadikan kita benar di hadapan Allah melalui pengakuan nama-Nya, Yesus Kristus, penyelamat dan penebus umat manusia. Kematian berindikasi penciptaan ulang dan telah memberikan kebebas dari kecemasan dan ketakutan dan terlepas dari semua ikatan yang mengotori menyebabkan semakin menjauhkan kita dari hadapan Allah. Itulah sebabnya, kita ciptaan Allah di dalam Yesus Kristus untuk berani melakukan pekerjaan yang telah disiapkan Allah sebelumnya, supaya kita mengerjakannya supaya Tuhan dimuliakan.   

 4. Kuasa.

Kuasa bukanlah hak prerogatif manusia tetapi batasan tugas yang diemban dan diberikan oleh Allah untuk melayani Allah. Tetapi hak itu akhirnya salah digunakan atas inisiatif sendiri dengan kesombongannya yang ingin mau menandingi Allah. Akhirnya atas kesombongannya berubah kodratnya menjadi penjahat dan penghasut manusia, yang kemudian tindakan yang sama dipraktekkan oleh manusia atas bujukan iblis memutar balikan fakta kebenaran. Sebelumnya, dalam dunia yang sempurnah erat hubungan baik dengan piramida antara Allah pencipta, sesama dan alam. Manusia pertama telah menemukan segala sesuatu yang telah Allah ciptakan dan memberikan nama atas semua yang berada dalam kuasanya merupakan pekerjaan yang menakjubkan dan peran yang disertai kuasa yang suprantural diluar batas kemampuan manusia. Tetapi kuasa itu kemudian telah rusak dan hilang akibat keputusan manusia yang juga ingin memperoleh kekuasaan Allah (peristiwa di taman eden).

Bahwa kuasa bukanlah otoritas yang dimiliki orang untuk memerintahkan, melainkan suatu pekerjaan atau perbuatan ajaib yang memperlihatkan kekuasaan Allah yang menunjukkan seluruh ciptaan tergantung kepada Allah yang terus menerus bekerja dan menopang ciptaan-Nya, dan tunduk kepada kehendak-Nya yang berdaulat (Kolose 1:16-17). Otoritas Allah itu lebih tinggi kuasa. Allah itu sebagai pencipta, Ia memimpin dan mengatur segala yang diciptakan-Nya. Maka hal keajaiban terjadi sebagai penyataan kemuliaan Allah dan Kristus dan bukti pekerjaan ilahi (Yohanes 2:11). Orang timpang disembuhkan, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, orang sakit disembuhkan, orang mati dibangkitkan, orang buta melihat, diberi makan lima ribu orang, pengutukan pohon dan berbagai keajaiban lainnya merupakan bukti otoritas kuasa Allah yang membebaskan orang dari sistem rantai ikatan dosa struktural dan sosial. Maka tanda-tanda ajaib terjadi sebagai bukti penyertaan dan atau dorongan kuasa Roh Kudus menyatakan keajaiban untuk selamatkan manusia dari cengraman keberdosaan.

5. Kapabilitas (Kemampuan).

Mereka semua dipenuhi oleh Roh Kudus dan mulai berbicara bahasa lain sesuai dengan kemampuan yang diberikan Roh Kudus kepada mereka (Kisah Para rasul 2:4). Tanda karunia, lidah-lidah seperti nyala api (Kis 2:3). Adalah tanda itu diberikan supaya meneguhkan dan meyakinkan iman para penerima Injil.

Meskipun mereka belum mempelajari bahasa-bahasa asing manapun, dan dalam pembicaraan bahasa lain tidak percakapkan, melainkan tentang Firman Allah, pekerjaan dan puji-pujian bagi nama-Nya. Mereka tidak berbicara berdasarkan pemikiran atau perenungan sebelumnya yang dipersiapkan sehari-hari, melainkan seperti yang diberikan oleh Roh Allah itu kepada mereka untuk mengatakannya. Kemampuan untuk berbicara itu membuktikan bahwa Kristus dapat memberi wewenang untuk mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa. Hal ini bukti pengenapan janji Kristus; pekerjaan-pekerjaan yang lebih besat dari pada ini akan engkau lakukan” (Yohanes 14:12). Dan berbicara dalam bahasa lain adalah dampak pertama dari dicurahkannya Roh ke atas mereka. Pemenuhan Roh adalah pemperdayaan rohani bagi pelayanan yang efektif (Efesus 5:20).

Dengan demikian, tiga rangkai pemperdayaan dari pemenuhan Roh Kudus ini menyertai dalam sepanjang pelayanan sampai selamanya. Yang dikenal dengan namanya pelayanan tiga unsur tersebut di atas tidak boleh terlepas satu dari yang lain dan satu kombinasi yang utuh. Maka ketiganya sangat terpenting sebagai seorang pelayan harus berdasarkan dengan keberanian, kuasa dan kemampuan yang menyertai untuk menyatakan kemuliaan Allah dan memberitakan kabar baik kepada dunia serta memberikan kebebasan kepada semua orang miskin, penyandang sosial melalui bukti penyertaan dan pertolongan Roh Allah dalam pekerjaan pelayanan maupun menyadarkan dosa dan membimbing kepada jalan untuk menjadi orang benar di hadapan Allah atas dasar pembenaran Kristus dan pengakuan sebagai jalan menuju kepada Allah, sumber dari semua kebenaran dan pemberi kehidupan kekal.

EKUALISASI TAHUN YOBEL DAN HARI KE-50 – PENURUNAN ROH KUDUS

Hubungan antara tahun Yobel atau ke-50 dan penurunan Roh Kudus mempunyai persamaan makna peristiwa rohani yang tertinggi. Tahun sukacita dan pembebasan merupakan dua bagian yang terpenting bagi umat manusia. Perayaan tahun Yobel dilihat sebagai simbol sukacita dan pembebasan jiwa dan raga tulen yang akan terjadi melalui pencurahan Roh Kudus dalam momen pentakosta di Yerusalem.

Pemenuhan Roh Kudus mengubah sikap, karakter dan keterampilan para murid. Roh Kudus memampukan dan menuntun setiap orang untuk mengerti dan menaati kebenaran yang lebih tinggi itu (Yohanes 16:12-14). Roh Kudus memberikan pelepasan dan kebebasan mind set dan mengantarkan kepada pandangan hidup yang benar tentang dosa dan pembenaran. Sentri etnis berdasarkan perjanjian yang menghalang bangsa lain, melelaui pemenuhan Roh Kudus kini telah mengubah semua penjuru bangsa ke pusat menjadi menjauhi dari pusat kepada suatu perjanjian hidup dan konstruksi pola praktek penyembahan baru. Dulu dalam masa Perjanjian Lama semua penjuru bangsa menuju ke pusat di Yerusalem sebagai pusat kegiatan keagamaan dan politik. Setelah Yesus turun ke dalam dunia mengalami kehidupan kemanusiaan dan menjadikan diriNya lebih rendah dari sisi nilai manusianya untuk mengangkat derajat yang telah rusak oleh kodrat dosa menjadikan manusia baru dalam pola fikir maupun tindakan (Yesaya 53). Akhirnya keselamatan itu telah sampailah kepada semua manusia di planet bumi ini tanpa pandang perbedaan suku bangsa dan warna kulit ataupun status dan kedudukan tertentu.

Akhirnya Yesus Kristus telah memikul kelemahan kita dan menanggung beban dosa dalam tubuhNya sendiri di kayu Salib. Suapaya secara Rohani kita mati terhadap kuasa dosa dan bangkit kembali menjadi manusia baru yang hidup benar di hadapan Allah (1 Petrus 2:24). Di dalam Kristus kita telah menerima pengampunan dan menebus dosa kita. Dia adalah domba sembelihan untuk menebus dengan kurban darahNya sebagai bayaran atas utang pemberontakan kita melawan Allah. Tidak ada pikiran dan usaha dari manusia sama sekali mencari pembenaran terhadap Allah, melainkan pengampunan itu berdasarkan dengan ukuran kekayaan kasih karunia Allah bagi dunia yang luar biasa (Efesus 1:7). Hukum Tuhan itu sempurna yang memberikan kebebasan berdasarkan dengan kasih yang mahal tanpa ada amal manusia. Dengan demikian, menjadi pelaku firman merupakan indikasi orang yang telah dibebaskan. Maka, Tuhan akan memberkati  dan  hidup kita akan dipimpin  oleh Roh  Kudus dan selalu mengajarkan hal-hal  baik kepada kita  (Yakobus 1:25). Bahkan hal-hal baru (Yohanes 16:12-13; Yakobus  1:22).

Terimalah Roh Kudus, maka Ia akan mengubahkan dan membetulkan hidup kita, baik dimensi spritualitas moral dan rohani kita. Ia akan memberikan kebebasan dan membimbing kepada seluruh kebenaran dan menyertai setiap langka dan memampukan supaya kita bisa mengerti dan praktekkan kebenaran sebagai gaya hidup kita. Dan Kristus menjadi pusat wujud keselamatan yang tulen dan berwibawah-tidak main-main. Kita akan menemukan nilai kemanusiaan yang sesungguhnya, ketika mengaku dosa, tangkalkan manusia lama, maka Ia adil dan setia sehingga Ia akan mengampuni dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:9).

[1] Wikipedia versi tafsiran MHC Imamat 25:8-22

Komentar