REFERENSI MOMENT PERINGKATI KETURUNAN ROH KUDUS
[Komparasi Dan Sintesis Keturunan Roh Kudus Dan Tahun Yobel Ke-50 Tahun]
Oleh Hengki Wamuni
Abstrak
Pemaknaan
tahun Yobel ke-50 dibandingkan dengan keturunan Roh Kudus adalah bentuk wujud
nyata kebenaran itu telah melepaskan orang dari ikatan keberdosaan, menyatakan
kebebasan dan Kristus telah membuka jalan sehingga manusia bisa menjadi benar
di hadapan Allah melalui pengakuan akan Kristus yang adalah pembebas dan
penyelamat umat manusia yang mengembalikan jalinan semula antara manusia dengan
Allah. Dan Ia telah memberikan jaminan hidup yang kekal bagi orang percaya
(Yohanes 14:1, 16:8).
Kata
Pokok: Tahun Yobel ke-50, Roh Kudus, Kristus dan
Pembebasan atau Keselamatan.
KATA
AWALAN
Dewasa
ini jika kita amati baik dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan penting
seputar perbandingan keturunan Roh Kudus dengan tahun Yobel ke-50 hari
mengandung arti yang mendalam dan terpenting. Setiap peristiwa ada artian
tersendiri sesuai dengan tujuan dan maksud dari pelaksanaan kegiatan tersebut
yang direncanakan maupun peristiwa kosmik atau spontan pada moment-moment
tertentu. Setiap peristiwa tersebut tidak terjadi begitu saja, ada arti yang
terselubung yang menyatakan kebenarannya yang transendensi dalam dunia nyata
lewat peristiwa sekalian juga peristwa rohani perwujudan kebenaran tersebut
dalam wujud nyata. Dengan demikian, apabila kita intensitas mencari tahu
tentang dua peristiwa ini ada kaitan satu dengan yang lain dan dua peristiwa
ini sama-sama terpenting. Kaitan dan terpenting karena peristiwa rohani
(keturunan Roh Kudus) itu terjadi pada waktu yang terpenting bagi orang Yahudi,
maka mengandung makna kebenaran terselubung yang nyatakan kepada seluruh warga
hadirin dalam acara akbar tersebut. Dari sini jelas pemaknaan pesan Kristus
bahwa “Jangan meninggalkan Yerusalem” itu terjadi. Tetapi tentang hal ini lebih
jelas kita akan melihat pada pemaknaan pesan Yesus “jangan meninggalkan
Yerusalem”.
Rasa
momen itu terpenting bagi banyak orang, maka tidaklah pantas terjadi dalam
tengah segelintir orang saja. Membutuhkan waktu yang lama menunggu puncak
pelaksanaan kegiatan akbar tersebut, supaya peristiwa penting itu disaksikan
oleh semua umat manusia. Kebenaran dan keselamatan itu disediakan tidak
diperuntukan hanya bagi satu suku bangsa atau dari status tertentu secara
institusi keagamaan yang ketaat kaum klerus. Melainkan, Dia menyediakan
keselamatan itu untuk semua suku bangsa di bumi tanpa pandang status, identitas
maupun kelas sosial secara komprehensif. Kebenaran itu adalah Kristus dan Ia
telah membuka jalan bagi kita supaya kita bisa menjadi benar dalam pandangan
Allah melalui pengakuan akan Kristus. Roh Kudus menjadi pelaku utama dalam
pengembangan dan penyebaran gereja. Roh Kudus itu Allah yang menolong manusia,
menyadarkan kita manusia di bumi tentang pemikiran kita yang salah tentang tiga
hal. Yang pertama, tentang dosa: Dia akan menyadarkan kita akan dosa dan
kesalahan kita, kalau tidak sungguh-sunggu mengakui Kristus sebagai juruselamat
umat manusia. Kedua, tentang cara menjadi orang yang benar di mata Allah:
Karena Kristus pergi kepada Bapa dan tidak akan melihat Dia lagi, Roh Kudus
(Penolong) itu akan menyadarkan bahwa Kristus sudah membuka jalan sehingga
manusia bisa menjadi benar dalam pendangan Allah. Dan yang ketiga, tentang
pengadilan terakhir: Dia akan menyadarkan orang-orang di dunia ini bahwa
pengadilan terakhir pasti akan terjadi (Yohanes 16:8-11). Melalui pengorbanan
dan kemenangan Kristus melalui kebangkitan dan naik ke sorga sekarang sudah
dinyatakan bahwa Iblis, penguasa dunia ini sudah dinyatakan bersalah dan
mengalahkannya Kejadian 3:15; Yesaya 53; Yohanes16:11). Dengan kasih suka cita
itu sekarang melimpahkan atas orang-orang yang Dia mengasihi agar ikuti teladan
Kristus mengalahkan dunia. Sukacita itu didampakan bukan saja pada waktu
kesudahan tetapi wujudkan dalam pelayanan dini memenangkan jiwa bagi Kristus
melalui pelayanan dalam penyertaan Kristus melalui tuntunan kekuatan Roh Kudus
(Kisah Para Rasul 1:8).
KONSEP
TAHUN YOBEL KE-50.
Kamu
harus mengkhususkaan tahun yang ke lima puluh itu, dan mengumumkan kebebasan
kepada seluruh penduduk negeri. Dalam tahun itu segala harta milik yang sudah
dijual harus dikembalikan kepada pemiliknya yang semula atau kepada
keturunanya. Siapa yang dijual sebagai budak harus dikembalikan kepada
keluarganya (Imamat 25:10).
Bangsa
Israel orang Ibrani menjalani tahun ke lima puluh sesudah tujuh tahun sabat.
Tujuh minggu Sabat mulai terhitung dari mulai paskah hingga hari raya
Pentakosta (hari ke lima puluh, menurut arti kata pentakosta). Tahun sabat yang
ketujuh sebagai penghormatan untuk memuliahkan hari perhentian Allah pada hari
ketujuh dari karya penciptaan. Pengumuman peringatan hari sukacita-Tahun Sabat
Ke Tujuh dinyatakan lewat bunyi trompet di mana-mana di seluruh negeri sebagai
pernyataan kemerdekaan memberi tahu tentang hari raya sebagai mengungkapkan
rasa sukacita dengan bersorak-sorak menyambut tahun tersebut.
Definisi
Yobel.
Kata
Yobel, sekalipun tidak di ketahui pasti, akan tetapi Yobel atau Yubile yang
dipahami arti sebagai suatu bunyi sangkakala (trompet) tertentu yang dibedakan
dari bunyi sangkakala lain[1].
Akan tetapi yang terpenting adalah apa tujuan utama dari perayaan tersebut.
Sebab itu, pemaknaan perayaan lima puluh tahun dipahami sebagai hari
kemerdekaan dan kebebasan bagi orang-orang budak atau tawanan, pelepasan utang
piutang, pengembalian tanah-tanah yang beralih kepada orang lain selama masa
penjajahan itu dikembalikan kepada pemiliknya, menyatakan kesetaraan,
penghapusan perbudakan dan kemiskinan. Dengan demikian, tahun Yobel merupakan
tahun sukacita bagi penyandang sosial, miskin dan hamba.
Setelah
bangsa Yahudi berada dalam perhambaan dosa struktural maupun dosa sosial,
mendengarkan bunyi trompet merupakan hari berakhirnya penindasan, maka
menyambutnya bunyi itu dengan suara kegirangan dan suara sukacita kebebasan
(Mazmur 51:10). Kini siapa yang berdamai dengan Allah, maka kebebasan
diberikan. Sebab, penghapusan kesalahan diperlukan melalui pengakuan akan
Kristus sebagai Tuhan yang beri membuka jalan masuk bagi semua penghiburan yang
sejati (Roma 5:1-2). Tahun Yobel juga merujuk kepada nubuatan tentang Tuhan
Yesus, bahwa Ia harus memberitakan tahun rahmat Tuhan (Yesaya 61:12).
Pengutusan itu keberlanjutan sampai Yesus pun mengutus para murid dan gereja
sekarang untuk menyatakan Injil yang Kekal itu, yang hendak mereka beritakan
kepada segala makhluk (Markus 16:15). Injil itu mampu menembus segalah tempok
budaya, ekonomi politik dan hegemoni pandangan dan pengetahuan yang memandang
yang lain lemah dan bodoh (Ibrani 4:12-13). Injil juga memberikan kebebasan
kepada segala bentuk penindasan oleh sistem kasta maupun rasisme yang
merendahkan identitas suku bangsa yang meningkatkan kesenjangan sosial (Lukas
4:18-19). Karena di muka bumi ini tidak ada yang kenal dengan superioritas dan
inferioritas dalam pendangan Allah. Lalu Allah melihat segala yang diciptaanNya
dan Ia berfirman “Sungguh amat baik” (Kejadian 1:31). Dengan demikian
kini rahmat Tuhan telah sampailah kepada kita, maka perlu pengakuan sebagai
membuka jalan masuk bagi semua penghiburan. Sukacita itu telah terpenuhi ketika
Allah telah menguduskan dan membenarkan kita. Yesus itulah sukacita kita. Ia
telah membuka jalan bagi kita sehingga kita bisa menjadi benar dalam pandangan
Allah melalui iman kepada Yesus. Sebab Dia adalah jalan, kebenaran dan Hidup.
Kita tidak akan sampai kepada jalan keselamatan Allah dengan usaha sendiri,
tetapi kita akan sampai kepada keselamatan oleh Allah melalui Yesus Kristus.
Karena Dia telah membuka pintu gratis bagi setiap orang yang mau menerima
Kristus sebagai Tuhan dan pengudus serta pembenaran kita (Yohanes 14:6).
ARTI
DI BALIK PERINTAH PENANTIAN PEMENUHAN ROH KUDUS DI YERUSALEM
Pemaknaan
pesan Kristus kepada murid-murid-Nya supaya tidak boleh meninggalkan Yerusalem
mengandung arti yang dalam dan luas. Terutama arti dari Yerusalem dimaknai
sebagai kota yang terpenting dan bersejarah bagi tiga agama besar di dunia,
yakni Agama Yahudi, Islam dan Kristen. Mereka mengakui warisan moyang mereka
dengan versi sejarah masing-masing tentang kaum yang menerima konvensi Allah
tentang keturunan dan tanah perjanjian serta nubuatan. Jikalau mengulas dari
awal hingga pembangunan Bait Allah di Yerusalem sangat panjang sekali. Sebab
itu penulis singkat menelaah abstraksi bagian yang penting-penting saja. Alasan
saya harus menjelaskan dari awal sejarah ini, dengan alasan karena hanya
sebutan saja atau mengali sebuah arti dari sebuah kota tanpa mengalih
perjalanan panjang hingga titik temunya, maka nama saja tidak berdasar
pemaknaannya. Sebab, Yerusalem tidak terlepas dari kisah perjalanan panjang itu
dari kehidupan bangsa Israel hingga inkarnasi Kristus sampai pada keturunan Roh
Kudus.
Setelah
manusia menciptakan cerita yang menonjol dalam kitab Kejadian adalah Allah
dapat berkomunikasi dengan manusia. Dan persekutuan ini telah dihancurkan oleh
ketidaktaatan manusia pertama Adam dan Hawa. Sekalipun manusia memperontak
otoritas Allah, tetapi Ia terus berkomunikasi dengan manusia dalam berbagai
bentuk penyataan baik dalam kitab perjanjian lama. Kebaktian pengorbanan seekor
binatang merupakan indikasi komunikasi Allah dengan manusia. Korban binatang
pertama telah dipraktekkan oleh Tuhan, Allah untuk menutupi ketelanjangan
mereka. Peristiwa itu sejarah keselamatan Allah bagi manusia. Tidak ada
keselamatan kalau manusia itu baik-baik saja tanpa noda keberdosaan. Tetapi
keselamatan itu disediakan dan dibutuhkan karena manusia telah jatuh ke dalam
dosa. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa tidak ada pikiran untuk berusaha
mencari keselamatan dirinya. Allah memprakarsai keselamatan itu melalui
pengorbanan seekor binatang, dan kulitnya membuat pakaian bagi manusia. Oleh
sebab itu, dari generasi Adam sampai sebelum Yesus lahir pengorbanan seekor
binatang dimaknai sebuah arti penting dalam agama orang Ibrani-Yahudi
berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Pengorbanan seekor binatang merupakan
sebagai simbol mengantikan dirinya atas tingkah laku dan sikap hidup yang salah
di hadapan Tuhan semesta sebagai tanda peringatan akan dosa-dosanya. Generasi
Adam sampai sebelum Musa belum menerima aturan resmi tata pelaksanaan kegiatan
peribadatan. Upacara pengorbanan dilaksanakan dimana tempat yang diiginkan,
baik di rumah atau tempat lain sesuka hatinya. Peternakan juga identik dengan
suku bangsa Ibrani dan mereka memiliki keahlian dalam peternakan berbagai jenis
hewan. Kegiatan kebaktian sebelumnya mereka hanya kenal itu dalam bentuk persembahan
hasil pertama baik hewan maupun jenis hasil tanaman, kurban dan ukupan sebagai
pengucapan syukur atas kemurahan dan kebaikan Tuhan yang mereka merasakan dan
sebagainya.
Maka
Allah berkehendak untuk membangun satu persekutuan kudus, imamat yang rajani,
dengan memilih Israel menjadi harta kekayaan di antara suku bangsa lain di bumi
(Keluaran 19: 5-6). Mengikat perjanjian ini, Tuhan, Allah berfirman “Jikalau
kalian taat kepada perintahKu dan berpegang kepada perjanjian-Ku”, lalu
memberikan peraturan hukum Allah, hukum peribadatan dan hukum
Sipil (Keluaran 20 - 30). Disinilah menetapkan suatu aturan
kebaktian secara resmi, membangun sebuah mesbah untuk persembahkan sapi, domba,
kambing dan lain-lain sebagai kurban bakaran serta kurban perdamaian, dimana
tempat yang ditentukan Allah sendiri. Terutama Allah memperingatkan dan
melarang keras penyembahan berhala dan patung-patung pahatan manusia. Sebab apa
yang bangsa-bangsa lain menyembah allah yang tidak mereka kenal dan tidak dapat
bergerak, yang dibuat oleh tanggannya sendiri. Allah menyuruh Musa membangun
Mesba sebagai tempat perjumpaan Allah dengan manusia. Konstruksi banggunan
diperintahkan oleh Allah langsung.
Pada
awalnya bermula dari panggilan Abram dari tanah Ur-Kasdim keluar ke tanah
Kanaan (Kejadian 12:1). Setelah mereka tiba di More di bawah pohon yang
dianggap keramat. Kemudian dari tempat itulah Abram menerima perjanjian tanah
menjadi pusaka keturunannya. Tempat Tuhan menampakkan diri itu Abram mendirikan
sebuah Mesbah dari batu dan mempersembahkan kurban kepada Allah (Kejadian
12:7). Perjanjian itu terus berlanjut dari Ishak, Yakub dan sampai
12 keturunan Israel (Yakub). Berdasarkan dengan perjanjian itu, maka Tuhan
terdengar tangkisan dan jeritan bangsa Israel dalam perbudakan di tanah Mesir.
Sebab itu, Ia mengutuskan seorang pembebas bagi bangsa Israel untuk memimpin
keluar mereka dari tanah perbudakan menuju ke tanah Perjanjian-Kanaan dalam
pengawasan dan perlindungan Tuhan sendiri. Masa kejayaan bangsa Israel dalam
kepemimpinan Daud raja Israel besar kedua, mempunyai Visi untuk membangun bait
Allah, tetapi rencana itu digagalkan terjadi masa kepemimpinanny karena tangan
menumpahkan darah banyak orang. Maka rencana itu dialihkan kepada anak dari
keturunannya. Salomo raja Israel besar yang ketiga inilah yang akhirnya
merealisasikan Visi ayahnya mengenai rencana pembangunan Rumah Allah di tengah
bangsa Israel. Dan Yerusalem menjadi pusat kegiataan keagamaan dan politisi
bangsa Israel. Bangsa Israel semua menuju ke pusat untuk melakukan kegiatan
bakti keagamaan. Yerusalem adalah tempat di mana semua bangsa menuju ke pusat
untuk menghampiri takhta Allah dengan melaksanakan ritual keagamaan yang
dipimpin oleh Imam-imam Allah. Baik hari keagamaan nasional maupun pelayanan
rutinitas lainnya semuanya menuju ke pusat (Sentripetal) Yerusalem Bait atau
Rumah Allah.
Pemaknaan
Yerusalem?
Dalam
bagian ini saya tidak bermaksud menjelaskan sejarah dan pemaknaan Yerusalem,
sekalipun pemaknaan itu penting dalam artian tertentu, baik secara geografis
maupun arkeologi. Tetapi mulai bahas Yerusalem itu dipahami sebagai kegiatan
keberlanjutan dari kemah suci yang dipersiapkan tempat meletakkan tabut
perjanjian yang berisi dua hukum, yaitu perintah Allah dan hukum sipil.
Pra-Israel
memasuki tanah Kanaan, mereka mendapat Yerusalem di bawah kekuasaan bangsa Sem,
pribumi. Setelah memasuki tanah Kanaan Yosua tidak menduduki
Yerusalem, tentu karena kota itu kuat. Tetapi setelah Daud menjadi raja, ia
berhasil merebut Yerusalem. Ia memberkuat kubu pertahanan kota itu dan
membangun istana raja bagi dirinya. Ia menempatkan Tabut Perjanjian ke ibu kota
yang baru itu. Daud memilih kota yang netral ini sebagai ibu kota ideal,
sehingga dari sana ia memerintah baik utara maupun selatan dalam kesatuan
religius dan politis. Raja Salomo melanjutkan pembangunan kubu pertahanan dan
karya terbesar, ialah Pembangunan Bait Suci lalu diletakkan Tabut Perjanjian
Allah yang berisi dua loh batu dalam rumah yang baru dibangun. Sejak itu,
Yerusalem sebagai pusat kegiatan keagamaan dan politik. Seringkali makmur dan
berulang kali diserang oleh invasi musuh sebagai akibat dari ketidaktaatan
mereka kepada Tuhan. Konsekwensinya bangsa Israel bersama raja ditaklukkan
dalam invasi Nebukadnezer, raja Babel pada tahun 587 sM. Kehancuran itu diikuti
oleh kedurhakaan raja dan bangsa Yahudi atas ketidaksetiaan mereka atas
perjanjian untuk menaati Allah. Sehingga pendurhakaan itu mebangkitkan amarah
Allah dan hukuman, akhirnya kemuliaan Yerusalem masih tersempunyi tapi akan
nyatakan kelak.
Tidaklah
penting mendetail kesejelasan mulai dari arkeologi dan geografis ataupun makna
harafia dari Yerusalem. Tetapi Yerusalem mempunyai peranan teologis yang sangat
penting. Bahwa Yerusalem adalah tempat pilihan Allah dan hadirat-Nya,
perlindungan dan kemuliaan-Nya. Oleh sebab itu, Yerusalem merupakan gambaran
ideal dari kota Yerusalem baru yang kelak akam myatakan.
Oleh
sebab itu, relevansi dengan Yerusalem dengan peristiwa keturunan Roh Kudus
merupakan pernyataan kasih Allah berdasarkan hikmat dan kehendak tertinggi-Nya,
ketika manusia gagal mencapai kehendak kekudusan Allah. Ia mau Visi-Nya memulai
dari satu keturunan tetapi rencana itu tidak terwujud. Keselamatan itu mereka
terbatas pada dirinya sendiri dengan pemahaman harafiah dari arti pemilihan
tersebut. Pemahaman tersebut terbukti melalui penyaliban Kristus di Kayu salib
sebagai seorang penjahat oleh siasat strategis para klerus Yahudi, melalui
serdadu (tentara/pasukan tentara) Romawi. Tampaklah mengakhiri sebuah saingan
kompetitif memperjuangkan atau menyatakan kerjaan Allah dalam kekalahan yang
fatal menurut ukuran bangsa yang telah merancang dan menimpahkan nasip
tersebut. Akan tetapi secara paradoksal tampak rupa buruk telah mengerjakan
kemenangan dan kemerdekaan untuk memikul dan menanggung beban berat dosa dan
kesalahan kita (Yesaya 53). Sesungguhnya Tuhan menghendaki hamba-Nya itu
seperti sebuah tunas baru yang tumbuh di tanah kering. Sebenarnya penyakit
kitalah yang ditanggungnya, segsara kitalah yang deritanya. Ia
dilukai karena dosa-dosa kita, dihukum karena kejahatan kita supaya kita
diselamatkan. Maka dengan itu, Ia telah menyembuhkan penyakit dosa-dosa kita.
Ia terhitung di antara penjahat, sekalipun tudingan mereka tidak terbukti
jelas. Itulah Ia mengantikan seluruh pemperontakan dan dosa kita umat manusia
untuk kemuliaan diri-Nya sebagai domba menyerahkan diri-Nya sebagai
kurban penghapusan Dosa. Akhirnya melalui penderitaan dan kesengsaraan-Nya, Ia
akan bahagia dan puas menyenangkan hati Bapa kembali merebut jiwa yang tersesat
dengan mengalahkan (meremukkan) atau mematikan kepala para penjahat, yaitu si
pembohong dan pendurhaka manusia (Kejadian 3:15).
Mengenapi
Janji Kristus Di Yerusalem
Tentu
dalam penelaahan ini akan menganalisis makna yang terkandung dari perintah
untuk tidak membolehkan meninggalkan dari Yerusalem. Maka, saya akan
menjelaskan analisis dari dua perspektif antara fisik dan rohani.
1. Perspektif
Fisik.
Yesus
memberikan penguatan dan membangkitkan harapan mereka dari ancaman fisik dari
musuh mereka.
Para
murid-murid menyaksikan berbagai peristiwa yang telah di alami oleh guru
mereka, kekwatiran menghantui akan nasip hidup mereka. Sebagai manusia tentu
mereka kehilangan harapan dan berputus asa. Mereka selalu berkumpul satu tempat
dan bersempunyi diri, jangan sampai gelompolan tentara romawi datang untuk
membantai mereka. Oleh sebab itu perintah (Jangan meninggalkan Yerusalem) itu
kelanjutan dari serangkaian kegiatan yang Yesus lakukan untuk menguatkan dan
membangkitkan harapan kepada mereka sesuatu yang lebih besar. Sekalipun makna
kebangkitan Kristus mengandung pegesahan (legitimasi) dan membenarkan
(Justifikasi) akan kebangkitan untuk hidup kekal setelah kematian. Namun,
peristiwa ini serangkaian kegiatan untuk memberikan pengharapan dan penguatan,
termasuk penampakan dan kenaikan Kristus ke Surga sampai pada klimaks keturunan
Roh Kudus; memberikan keberanian, kuasa dan kemampuan menyampaikan kabar baik.
Damai sejahtera Bagimu kamu, merupakan isi dari pengharapan dua dimensi antara
kebenaran yang menunjukkan kepada “kebenaran yang terselubung itu sedang dan
telah menapaki puncak, sehingga memberikan kemuliaan dan keselamatan bagi dunia
dan 12 murid-muridNya” tetapi juga memberikan suatu penghiburan dan pengharapan
hidup pada saat tengah suasana yang panik dan cemar.
2. Perspektif
Rohani.
Untuk
melihat tujuan yang terkandung dari perintah tersebut, terlebih dahulu kita
melihat perkataan Tuhan Yesus sebelumnya mengenai pembaptisan Roh Kudus.
Pembaptisan air memiliki arti sebagai tanda pertobatan (Markus 1:4). Ia
menyeruhkan kepada mereka sebuah pertobatan dan meyakinkan mereka akan
pengampunan dosa sebagai hasil pertobatan. Yohanes Pembaptis tambil di Galilea
tanah Yudea untuk membaptiskan orang-orang Yahudi yang datang kepadanya supaya
mereka mengakui dosa dan baptiskan. Lalu Yohanes Pembaptis
mengatakan bahwa; Ia akan membaptis kamu dengan Roh Allah (Lukas 3:16).
Perkataan ini mensyaratkan akan Mesias yang akan segera datang. Bahwa Baptisan
Roh adalah beda dari baptisan dengan air yang membersihkan kotoran sebelah luar
saja. Akan tetapi pembaptisan oleh Roh Allah merupakan api yang pembersihkan
hati yang sebelah dalam untuk melelahkan yang asli sehingga kembali
menjadi suatu cetakan yang baru. Roh Kudus itu akan memberikan pengertian dalam
akan Firman yang tidak mampu dimengerti oleh akal budi dan kemampuan
intelektual manusia, diberikan pencernahan. Lalu memberikan dorongan untuk
dapat bertindak apa yang telah mengerti. Roh Kudus berperan memberikan
pencerahan bekerja dalam hati dan atau pikiran untuk dimengerti kebenaran
Firman Allah, tetapi juga mendukung dan memberikan kemampuan untuk bertindak
sehingga Firman yang absolud itu dapat merealisasikan melalui tindakan dan
teladan hidup sehingga dapat dimengerti oleh semua orang. Sehingga orang
percaya sebagai surat yang dibaca oleh semua orang-garam dan terang (Matius
5:13-14).
Mereka
harus menunggu sampai waktu yang ditetapkannya. Maka Roh Kudus nampak dalam
bentuk angin keras dan wujud nyala api hinggap pada mereka masing-masing.
Setelah Roh Kudus terpenuhi, ada beberapa aktivitas pekerjaan Roh Kudus dalam
pekerjaan pergerakan pemberitaan Injil melalui sekelompok orang
bersama 12 Murid Kristus, yaitu:
3. Reaktif
dan Responsibility (Keberanian).
Sebelumnya
sikap para murid-murid-Nya pemalu dan Ia memilih mereka dari kelas sosial yang
rendah dan tidak dapat terhitung di tengah masayarakat pada umumnya. Mereka
adalah orang-orang yang tidak berpengaruh dan biasa-biasa saja. Saat setelah
guru mereka-Yesus Kristus telah dihitung sebagai pemberontak yang layak
mendapatkan penghinaan oleh para klerus dan serdadu romawi dan menempatkan Dia
di tengah-tengah pejahat di tempat kuburan orang kaya, mereka skeptis dengan
nasip dan masa depan kehidupan. Mereka bersempunyi dan suka menyendiri hindari
penyerangan gerombolan musuh.
Manusia
yang memiliki cacat mental dan jiwa tidak menghalangi kegiatan pencapaian
target Tuhan. Tidak ada tempat Stratifikasi dan difrensiasi sosial bagi
perbedaan tinggi dan rendah atau superior dan inferior dalam ukuran Allah,
pemilihan dalam hal menjadi agen untuk menyatakan Visi Allah bagi dunia. Tak
ada capaian klimaks hikmat Allah melalui kemampuan pekerjaan rasionalitas
manusia. Ketentuan dan pemilihan Allah berdasarkan dengan tiga rangkai
pekerjaan hak Allah, yakni berdasarkan dengan kebebasan kehendakNya, Keputusan
dan ketentuan yang mana mengerjakan dalam suprahikmatNya (Roma 11:33;
Efesus2:10).
Maka,
bangkitlah Petrus berdiri bersama kesebelas rasul lalu berkhotbah kepada orang
banyak tentang perbuatan luar biasa yang dilakukan Allah (Kisah Para Rasul
2:11, 14). Mereka menyeruhkan pertobatan dan pengampunan melalui pengakuan akan
Kristus, sebagai buktinya melalui pembabtasan dalam nama Allah Bapa, Allah Anak
dan Allah Roh Kudus (Kisah 2:38-39). Akhirnya keberanian adalah aktivitas
pekerjaan Allah yang telah memberanikan manusia supaya menyatakan kehendak atau
maksud Allah kepada umat manusia. Karena Allah mamberikan bukan roh ketakutan
tetapi Roh yang membangkitkan kekuatan, sehingga ketika Roh Allah memimpin
hidup kita, tidak perlu takut (2 Timitius 1:7). Sebab pembaptisan Roh Kudus
merupakan suatu puncak kelahiran kembali setelah disucikan oleh darah Yesus,
dan menerima kepenuhan dan kuasaNya. Mengerakkan aliran suatu keberanian baru.
Keberanian merupakan pekerjaan Roh Kudus yang memampukan mereka untuk berani
menyatakan kabar baik yang mengerakkan membentuk suatu persekutuan perkumpulan
orang-orang yang telah diselamatkan. Keberanian bukti dari kepenuhan Roh Kudus
memimpin kepada prinsip watak Allah yang tidak dapat takut terhadap kematian
dan ancaman dunia. Sebab keberanian merupakan bukti dari menerima pengharapan
kepastian hidup dalam kesucian dan kuasa yang melengkapi umat orang percaya
untuk bersaksi, bersekutu dan melayani untuk kemuliaan bagi nama Tuhan. Bahkan
sekalipun dunia ini membenci kita karena kita bukan terpanggil (memilih) dari
dunia dan dunia ini tidak mengenal kebenaran. Sebab terlebih dahulu mereka
sudah membenci Kristus (Yohanes 15:18).
Keberanian
adalah tanda bentuk kasih kepada Kristus melalui ketaatan dan melakukan atas
perintah-Nya. Sebab kasih itu wujud kesatuan yang berintegritas trinitas Allah,
maka kesatuan itu telah menyatukan dan memimpin kepada kasih terus-menerus oleh
penyertaan Roh Kudus kepada setiap orang untuk bersatu (Yohanes 14:20-21, 23).
Sebab dengan kasih telah membebaskan kita dari ikatan ketakutan dan rasa malas
yang menghantui. Dan Dialah iman kita, karena sekiranya iman kita yang
menyelematkan, tidaklah berarti kematian Kristus. Tetapi kita adalah hasil dari
iman itu, bahwa Ia yang menyediakan penerimaan iman dari pengorbanan dan
pembantaian yang menanggung penghinaan dan telah menjadikan kita benar di
hadapan Allah melalui pengakuan nama-Nya, Yesus Kristus, penyelamat dan penebus
umat manusia. Kematian berindikasi penciptaan ulang dan telah memberikan
kebebas dari kecemasan dan ketakutan dan terlepas dari semua ikatan yang
mengotori menyebabkan semakin menjauhkan kita dari hadapan Allah. Itulah
sebabnya, kita ciptaan Allah di dalam Yesus Kristus untuk berani melakukan
pekerjaan yang telah disiapkan Allah sebelumnya, supaya kita mengerjakannya
supaya Tuhan dimuliakan.
4.
Kuasa.
Kuasa
bukanlah hak prerogatif manusia tetapi batasan tugas yang diemban dan diberikan
oleh Allah untuk melayani Allah. Tetapi hak itu akhirnya salah digunakan atas
inisiatif sendiri dengan kesombongannya yang ingin mau menandingi Allah.
Akhirnya atas kesombongannya berubah kodratnya menjadi penjahat dan penghasut
manusia, yang kemudian tindakan yang sama dipraktekkan oleh manusia atas
bujukan iblis memutar balikan fakta kebenaran. Sebelumnya, dalam dunia yang
sempurnah erat hubungan baik dengan piramida antara Allah pencipta, sesama dan
alam. Manusia pertama telah menemukan segala sesuatu yang telah Allah ciptakan
dan memberikan nama atas semua yang berada dalam kuasanya merupakan pekerjaan
yang menakjubkan dan peran yang disertai kuasa yang suprantural diluar batas
kemampuan manusia. Tetapi kuasa itu kemudian telah rusak dan hilang akibat
keputusan manusia yang juga ingin memperoleh kekuasaan Allah (peristiwa di
taman eden).
Bahwa
kuasa bukanlah otoritas yang dimiliki orang untuk memerintahkan, melainkan
suatu pekerjaan atau perbuatan ajaib yang memperlihatkan kekuasaan Allah yang
menunjukkan seluruh ciptaan tergantung kepada Allah yang terus menerus bekerja
dan menopang ciptaan-Nya, dan tunduk kepada kehendak-Nya yang berdaulat (Kolose
1:16-17). Otoritas Allah itu lebih tinggi kuasa. Allah itu sebagai pencipta, Ia
memimpin dan mengatur segala yang diciptakan-Nya. Maka hal keajaiban terjadi
sebagai penyataan kemuliaan Allah dan Kristus dan bukti pekerjaan ilahi
(Yohanes 2:11). Orang timpang disembuhkan, orang lumpuh berjalan, orang buta
melihat, orang sakit disembuhkan, orang mati dibangkitkan, orang buta melihat,
diberi makan lima ribu orang, pengutukan pohon dan berbagai keajaiban lainnya
merupakan bukti otoritas kuasa Allah yang membebaskan orang dari sistem rantai
ikatan dosa struktural dan sosial. Maka tanda-tanda ajaib terjadi sebagai bukti
penyertaan dan atau dorongan kuasa Roh Kudus menyatakan keajaiban untuk
selamatkan manusia dari cengraman keberdosaan.
5. Kapabilitas
(Kemampuan).
Mereka
semua dipenuhi oleh Roh Kudus dan mulai berbicara bahasa lain sesuai dengan
kemampuan yang diberikan Roh Kudus kepada mereka (Kisah Para rasul 2:4). Tanda
karunia, lidah-lidah seperti nyala api (Kis 2:3). Adalah tanda itu diberikan
supaya meneguhkan dan meyakinkan iman para penerima Injil.
Meskipun
mereka belum mempelajari bahasa-bahasa asing manapun, dan dalam pembicaraan
bahasa lain tidak percakapkan, melainkan tentang Firman Allah, pekerjaan dan
puji-pujian bagi nama-Nya. Mereka tidak berbicara berdasarkan pemikiran atau
perenungan sebelumnya yang dipersiapkan sehari-hari, melainkan seperti yang
diberikan oleh Roh Allah itu kepada mereka untuk mengatakannya. Kemampuan untuk
berbicara itu membuktikan bahwa Kristus dapat memberi wewenang untuk
mengabarkan Injil kepada bangsa-bangsa. Hal ini bukti pengenapan janji
Kristus; pekerjaan-pekerjaan yang lebih besat dari pada ini akan engkau
lakukan” (Yohanes 14:12). Dan berbicara dalam bahasa lain adalah dampak
pertama dari dicurahkannya Roh ke atas mereka. Pemenuhan Roh adalah
pemperdayaan rohani bagi pelayanan yang efektif (Efesus 5:20).
Dengan
demikian, tiga rangkai pemperdayaan dari pemenuhan Roh Kudus ini menyertai
dalam sepanjang pelayanan sampai selamanya. Yang dikenal dengan namanya
pelayanan tiga unsur tersebut di atas tidak boleh terlepas satu dari yang lain
dan satu kombinasi yang utuh. Maka ketiganya sangat terpenting sebagai seorang
pelayan harus berdasarkan dengan keberanian, kuasa dan kemampuan yang menyertai
untuk menyatakan kemuliaan Allah dan memberitakan kabar baik kepada dunia serta
memberikan kebebasan kepada semua orang miskin, penyandang sosial melalui bukti
penyertaan dan pertolongan Roh Allah dalam pekerjaan pelayanan maupun
menyadarkan dosa dan membimbing kepada jalan untuk menjadi orang benar di
hadapan Allah atas dasar pembenaran Kristus dan pengakuan sebagai jalan menuju
kepada Allah, sumber dari semua kebenaran dan pemberi kehidupan kekal.
EKUALISASI
TAHUN YOBEL DAN HARI KE-50 – PENURUNAN ROH KUDUS
Hubungan
antara tahun Yobel atau ke-50 dan penurunan Roh Kudus mempunyai persamaan makna
peristiwa rohani yang tertinggi. Tahun sukacita dan pembebasan merupakan dua
bagian yang terpenting bagi umat manusia. Perayaan tahun Yobel dilihat sebagai
simbol sukacita dan pembebasan jiwa dan raga tulen yang akan terjadi melalui
pencurahan Roh Kudus dalam momen pentakosta di Yerusalem.
Pemenuhan
Roh Kudus mengubah sikap, karakter dan keterampilan para murid. Roh Kudus
memampukan dan menuntun setiap orang untuk mengerti dan menaati kebenaran yang
lebih tinggi itu (Yohanes 16:12-14). Roh Kudus memberikan pelepasan dan
kebebasan mind set dan mengantarkan kepada pandangan hidup yang benar tentang
dosa dan pembenaran. Sentri etnis berdasarkan perjanjian yang menghalang bangsa
lain, melelaui pemenuhan Roh Kudus kini telah mengubah semua penjuru bangsa ke
pusat menjadi menjauhi dari pusat kepada suatu perjanjian hidup dan konstruksi
pola praktek penyembahan baru. Dulu dalam masa Perjanjian Lama semua penjuru
bangsa menuju ke pusat di Yerusalem sebagai pusat kegiatan keagamaan dan
politik. Setelah Yesus turun ke dalam dunia mengalami kehidupan kemanusiaan dan
menjadikan diriNya lebih rendah dari sisi nilai manusianya untuk mengangkat
derajat yang telah rusak oleh kodrat dosa menjadikan manusia baru dalam pola
fikir maupun tindakan (Yesaya 53). Akhirnya keselamatan itu telah sampailah
kepada semua manusia di planet bumi ini tanpa pandang perbedaan suku bangsa dan
warna kulit ataupun status dan kedudukan tertentu.
Akhirnya
Yesus Kristus telah memikul kelemahan kita dan menanggung beban dosa dalam
tubuhNya sendiri di kayu Salib. Suapaya secara Rohani kita mati terhadap kuasa
dosa dan bangkit kembali menjadi manusia baru yang hidup benar di hadapan Allah
(1 Petrus 2:24). Di dalam Kristus kita telah menerima pengampunan dan menebus
dosa kita. Dia adalah domba sembelihan untuk menebus dengan kurban darahNya
sebagai bayaran atas utang pemberontakan kita melawan Allah. Tidak ada pikiran
dan usaha dari manusia sama sekali mencari pembenaran terhadap Allah, melainkan
pengampunan itu berdasarkan dengan ukuran kekayaan kasih karunia Allah bagi
dunia yang luar biasa (Efesus 1:7). Hukum Tuhan itu sempurna yang memberikan
kebebasan berdasarkan dengan kasih yang mahal tanpa ada amal manusia. Dengan
demikian, menjadi pelaku firman merupakan indikasi orang yang telah dibebaskan.
Maka, Tuhan akan memberkati dan hidup kita akan
dipimpin oleh Roh Kudus dan selalu mengajarkan
hal-hal baik kepada kita (Yakobus 1:25). Bahkan hal-hal
baru (Yohanes 16:12-13; Yakobus 1:22).
Terimalah Roh Kudus, maka Ia akan mengubahkan dan membetulkan hidup kita, baik dimensi spritualitas moral dan rohani kita. Ia akan memberikan kebebasan dan membimbing kepada seluruh kebenaran dan menyertai setiap langka dan memampukan supaya kita bisa mengerti dan praktekkan kebenaran sebagai gaya hidup kita. Dan Kristus menjadi pusat wujud keselamatan yang tulen dan berwibawah-tidak main-main. Kita akan menemukan nilai kemanusiaan yang sesungguhnya, ketika mengaku dosa, tangkalkan manusia lama, maka Ia adil dan setia sehingga Ia akan mengampuni dosa-dosa kita (1 Yohanes 1:9).
[1] Wikipedia versi tafsiran MHC Imamat 25:8-22
Komentar
Posting Komentar